Gian Carlo mengamati dengan teliti dari bukit tinggi tempatnya berdiri menggunakan night vision binokuler miliknya. Tidak nampak ada bekas penyerbuan atau semacamnya di villa mewah yang terletak sekitar 100 meter di bawahnya itu.
Hmm, jadi kenapa Trah Maja begitu terburu-buru tadi siang? Gian Carlo membatin penasaran tapi hatinya senang. Itu artinya Manuskrip Kuno punya kemungkinan besar belum terusik dari tempat berpenjagaan tidak main-main itu.
Lelaki Italia itu telah memakai perlengkapan paralayang. Angin sedang bagus. Dia akan dengan mudah mengarahkan dirinya mendarat di dalam komplek besar itu. Tapi dia harus menunggu.
Wisanggeni berbuat huru-hara terlebih dahulu.
Mula-mula tidak terdengar apa-apa. Suasana begitu senyap seolah udara pun mendadak mati. Kemudian mendadak terdengar ledakan-ledakan kecil di sana sini. Disusul satu dua kali ledakan yang cukup besar di pintu gerbang.
"Awas serangan!"
"Hati-hati! Awasi semua sudut pagar!"
"Menyebar! Tangkap pengacau itu!"
Terdengar teriakan-teriakan saling memperingatkan disusul perintah-perintah untuk mencari biang kekacauan. Melalui teropongnya Gian Carlo melihat sesosok bayangan berbaju hitam berlari ke sana kemari melemparkan granat dan dinamit. Wisanggeni telah beraksi.
Wisanggeni sengaja melakukan keributan di bagian depan padepokan. Sehingga konsentrasi para penjaga tertuju ke sana. Ini untuk memudahkan Gian Carlo menyusup melalui udara dari belakang.