Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

14 Desember 2018   13:02 Diperbarui: 14 Desember 2018   13:13 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menak Kuncar mengangguk gembira." Terimakasih paduka.  Akan kami sampaikan titah paduka."

"Satu hal lagi yang perlu kami sampaikan kepada paduka mengenai pergerakan pasukan Kerajaan Majapahit.  Mereka sekarang memperkuat diri di garis perbatasan dengan Blambangan.  Kami menduga bahwa mereka bukan sedang memperkuat perbatasan, tapi bersiap untuk menyerang.  Telik sandi kami juga memberikan informasi bahwa perbatasan di barat juga diperkuat dengan kedatangan pasukan Sayap Sima yang dipimpin oleh Dua Siluman Lembah Muria.  Paduka Raja Menakjinggo berpesan agar Paduka berhati hati di sini dan akan siap membantu jika sewaktu waktu dibutuhkan..."

Raja Linggabuana mengangguk angguk mengerti," baiklah aku mengerti kisanak.  Selama mereka tidak mengganggu kita maka kita juga tidak akan mengusik mereka.  Majapahit adalah kerajaan besar dengan pasukan besar. Tokoh tokoh besar persilatan Jawa banyak di pihak mereka.  Jadi lebih baik jika kita sedapat mungkin menghindari peperangan dan mengutamakan perdamaian."

Ganti Menak Kuncar yang mengangguk angguk tanda setuju," Paduka sungguh bijaksana.  berdasarkan keterangan telik sandi bahwa pasukan Sayap Sima tidak sekedar memperkuat perbatasan.  Namun dilengkapi dengan pasukan tempur juga.  Jika boleh menyarankan, sebaiknya paduka juga memperkuat perbatasan Galuh Pakuan supaya mereka berpikir ulang jika mau bertindak macam macam..."

Raja Linggabuana bertukar pandang dengan Andika Sinatria sejenak.  Lalu berpaling kepada Menak Kuncar.

"Terimakasih kisanak Menak Kuncar.  Kami akan memperhatikan hal itu.  Sayangnya Paman Mandara dan Panglima Candraloka tidak bisa hadir hari ini.  Tapi Andika Sinatria pasti melaporkan hal ini dengan mereka dan berunding bagaimana baiknya menghadapi situasi ini.."

"Sekarang kisanak dan rombongan silahkan istirahat atau berjalan jalan di wilayah Galuh Pakuan.  Nikmati alam pasundan yang ramah dan damai. Kalian sangat diterima di sini dan boleh tinggal di istana tamu kapanpun dibutuhkan sampai siap untuk kembali menempuh perjalanan jauh ke Blambangan.."

Raja Linggabuana berdiri dari singgasananya dan berjalan keluar balairung.  Dewi Mulia Ratri mengiringi di belakangnya.  Sang Raja menoleh dan tersenyum," Dewi Mulia...kamu sangat sigap dan waspada.  Aku senang kamu jadi kepala pengawalku."

"Baik Paduka Raja.  Terimakasih.." Dewi Mulia Ratri menjawab ramah dan tegas.  

Raja Linggabuana melanjutkan langkahnya menuju istana raja.  Dewi Mulia Ratri memastikan hingga raja memasuki gerbang istana dan menganggukkan kepala kepada 4 orang yang berjaga di depannya.  Dewi Mulia Ratri kemarin sempat memilih 10 orang sebagai tangan kanannya di pasukan Kujang Emas.  Ditambah 15 orang pengawal lama, maka jumlah pengawal inti Raja yang akan selalu ada di sekitarnya adalah 25 orang.  

Dipimpin oleh seorang bernama Birawa.  Salah satu murid ayahnya yang dibawanya dari Padepokan  Sanggabuana.  Birawa adalah seorang pemuda kekar dan gagah dengan ilmu kanuragan yang cakap.  Termasuk salah seorang yang paling menonjol di antara ribuan orang yang ikut pemilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun