Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

14 Desember 2018   13:02 Diperbarui: 14 Desember 2018   13:13 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewi Mulia Ratri sedang berada di kamarnya.  Berlatih menyempurnakan ilmu sihir sakti dari kitab Ranu Kumbolo.  Dia memperoleh informasi terbaru bahwa Majapahit sekarang sedang memperkuat pasukan Sayap Sima dengan mengundang tokoh tokoh sakti di pulau jawa dengan cara menawarkan kedudukan tinggi.  

Dia harus semangat.  Keadaan semakin genting saja sekarang.  Tokoh tokoh sakti Kerajaan Majapahit sangat banyak dan semuanya lihai.  Bahkan ada kabar bahwa dua tokoh kembar sakti namun aneh dari Gunung Muria yang dijuluki Dua Siluman Lembah Muria telah bergabung.  Disusul oleh kemunculan lagi tokoh lama yang sudah puluhan tahun tidak pernah muncul lagi di dunia persilatan dan sekarang sekarang sering terlihat di ibukota Majapahit,  Ki Maesa Amuk.  Tokoh yang satu ini dulu begitu terkenal di kalangan aliran putih sebagai pembela kebenaran yang punya sifat sangat berangasan dan juga sakti.  

Dewi Mulia Ratri menyadari bahwa di antara para tokoh Majapahit banyak juga yang mempunyai kemampuan mumpuni di bidang sihir.  Satu yang paling terkenal dan paling misterius adalah Ki Bledug Awu Awu.  

Tokoh satu ini memang jarang muncul karena selalu tinggal di dalam istana.  Menjaga sang raja dan keluarganya dari serangan ilmu hitam, sihir dan teluh.  Orang hanya mendengar dari cerita ke cerita bahwa saking saktinya dalam hal ilmu sihir,  tokoh satu ini sanggup menghilang.  Oleh sebab itu, Dewi Mulia Ratri benar benar giat berlatih.  Jika dia bisa menyempurnakan semua yang diajarkan oleh kitab sakti Ranu Kumbolo,  maka dia yakin bisa mengalahkan tokoh tokoh besar ilmu sihir itu.  Atau paling tidak mengimbanginya.

Keesokan harinya, pagi yang sangat cerah.  Hari ini pemilihan ditunda karena raja akan menghadapi pertemuan penting.  Dewi Mulia Ratri merasakan semangat yang luar biasa.  Para pelayan istana berbisik bisik bahwa hari ini ada tamu dari jauh akan menghadap raja.  Utusan Andika Sinatria juga telah menemuinya.  Dia diminta untuk mendampingi raja dalam pertemuan tersebut.  Inilah tugas pertamanya sebagai Kepala Pengawal Kujang Emas. Selalu mendampingi raja dimanapun berada. 

Setelah latihan nafas dan bersamadi sebentar, Dewi Mulia Ratri mandi membersihkan diri.  Kemudian berdandan seadanya karena dia memang bukan gadis pesolek.  Tapi dia teringat sesuatu.  Kembali ke depan cermin.  Mematut matut rambut dan dandanannya secantik mungkin.  Dia tetap memilih baju yang ringkas namun dengan warna merah cerah.  

Dia sebenarnya lebih suka mengenakan baju berwarna putih.  Hampir semua pakaiannya berwarna putih.  Tapi hari ini adalah tugas pertamanya sebagai pengawal raja.  Dia tidak ingin tampil seadanya di hari pertama bertugas.  Apalagi pangeran tampan itu pasti hadir di pertemuan. Dia tidak boleh kalah dengan gadis laut itu dalam hal penampilan di depan sang pangeran.

Hah??  Dewi Mulia Ratri membatin dengan terperangah.  Kenapa dia sekarang sangat peduli dengan cara berpakaian?  Dan kenapa pula dia selalu berpikir tentang persaingan?  Memangnya sang pangeran hanya tersedia untuk mereka berdua saja?  Siapa tahu dia sudah dijodohkan dengan seorang putri? Siapa tahu ternyata dia tidak peduli kepadaku?  

Pemikiran yang terakhir hampir membuat Dewi Mulia Ratri  melepas bajunya untuk diganti dengan baju lain yang seperti biasa.  Tapi dia mengedikkan kepalanya.  Hatinya melarang untuk menyerah.  Selama ini dia memang cukup pongah terhadap yang namanya cinta.  Tapi kali ini cinta telah menaklukkannya dengan cukup telak.  Dia tidak akan menyerah untuk merebut perhatian dan cinta pangeran yang luar biasa itu.

Balairung istana yang luas namun terkesan sederhana itu sudah dipenuhi orang ketika Dewi Mulia Ratri memasuki ruangan.  Di sebelah kanan, duduk berjajar para pejabat kerajaan Galuh Pakuan.  Di sebelah kiri, terlihat rombongan dengan berbaju warna warni dari Kerajaan Blambangan.  Raja Linggabuana belum tiba di singgasana.  Pasukan pengawal Kujang Emas berjaga di semua sudut dan sisi, di dalam maupun luar ruangan. 

Dewi Mulia Ratri duduk di tempat yang telah disediakan.  Dia adalah kepala pengawal Raja, sehingga duduknya pun tidak jauh dari singgasana.  Di sebelah kirinya terdapat sebuah kursi kosong dan di sebelahnya lagi duduklah Andika Sinatria.  Dewi Mulia Ratri menyapa pangeran itu dengan anggukan kepala.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun