Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

14 Desember 2018   13:02 Diperbarui: 14 Desember 2018   13:13 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pangeran Bunga...sungguh aku tidak menduga mendapatkan kehormatan disapa oleh pewaris tahta nomor lima kerajaan megah ini."

Pangeran Bunga sepertinya tidak terpengaruh dengan ejekan ini.  Dia balas memberi hormat dan tersenyum lebar.

"Putri Anjani...kau tidak menduga aku menyapamu.  Aku sendiri tidak menduga ternyata kau begini manis jelita setelah dilihat dari dekat.  Hilang semua jelaga di hatiku.  Ketika melihat api yang menyala di matamu."

Putri Anjani terbelalak mendengar rangkaian kalimat pangeran tampan itu.  Hmmm...dia harus hati hati.  Pangeran ini pintar merayu wanita.  Aku tidak boleh terjebak pada mulut manisnya.  Sebelum dia sempat berpikir harus berkata apa, tahu tahu Pangeran Bunga telah duduk di sampingnya.

"Putri Anjani...boleh aku memanggilmu mawar pagi?  Bunga yang paling kukagumi sejak dulu."

"Hmmm...terimakasih pangeran.  Tapi pangeran boleh panggil aku Anjani atau Putri.  Mawar pagi bukan namaku." Jawab Putri Anjani dingin.

Pangeran Bunga tidak menyerah begitu saja,

"Tahukah kamu mawar pagi?  Aku sangat membenci Dewi Mulia Ratri.  Gadis sombong yang sering mempermainkan aku dulu di Padepokan Sanggabuana.  Aku juga tahu bahwa kamu membencinya.  Kenapa kita tidak berteman saja dan aku akan membantumu menyingkirkan dia agar tidak bisa dekat dengan paduka Andika Sinatria?"

Putri Anjani beranjak dari tempat duduknya,

"Pangeran, aku memang membencinya.  Tapi aku tidak mau cara cara kotor untuk memperebutkan cinta.  Biarlah Pangeran Andika Sinatria yang memutuskan siapa di antara kami yang dicintainya."

Pangeran Bunga rupanya bukan pemuda yang gampang menyerah.  Dia menarik tangan Putri Anjani yang sedang melangkah pergi.  Mencoba memeluknya dengan lembut.  Putri Anjani menggelegak amarahnya.  Ditepiskannya tangan nakal Pangeran Bunga dengan kasar.  Kalau tidak ingat pangeran ini adalah keluarga kerajaan.  Sudah ditampar atau dihajarnya.  Dia menahan gejolak kemarahan di hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun