udara buruk ibukota menusukkan vaksin tak berguna melalui baliho-baliho raksasa yang mengumumkan siapa saja kali ini yang mencalonkan dirinya. Menjadi wakil rakyat yang sempurna.
bising melengking ibukota mengisi gendang telinga dengan musik hingar-bingar dari trotoar yang makar terhadap jalanannya. Trotoar itu terpasang tak karuan seolah memang ditakdirkan untuk menjadi sampah selokan.
bus kota yang sesak nafas mendaratkan pantatnya di setiap halte dengan terengah-engah. Nyaris muntah. Bau pengap timbul dari teriakan para perempuan gagap yang merasa seolah pinggulnya di remas dari belakang. Sedangkan jarak antar penumpang memang tak lebih dari sati inchi kurang.
kereta jarak dekat mau tak mau mempersilahkan naik para penumpangnya yang gila, nyaris gila, dan setengah gila, karena membiarkan seorang ibu hamil muda terayun kesana kemari seperti layar kapal yang putus talinya.
dengking sirine polisi membuka jalan orang-orang yang takut jabatannya entah diambil oleh siapa, saking terburu-burunya. Sembari mengedikkan kepala terhadap orang lain yang tekun mengantri karena takut ditilang polisi.
potongan-potongan sketsa ibukota tergambar setiap harinya. Khilaf yang sederhana, lupa yang biasa saja, juga betapa istimewa ketidakadilannya. Tak satupun bisa menduga kapan terjadinya, tapi semua tahu itulah kebenarannya.
Jakarta, 21 Nopember 2018