Barangkali ada. Mungkin malah tak terhitung banyaknya. Jika cemburu itu disebutkan satu persatu. Maka akan habis tandas beberapa lapis buku.
aku hanya ingin menuliskan beberapa saja. Karena aku ingin meringankan isi kepala. Terlalu berat menyangga cemburu. Tak akan cukup ruang-ruang gelap di otakku.
\\ aku cemburu kepada waktu. Dia punya segalanya. Kegembiraan terutama. Ketika pendulumnya membelai angka demi angka. Lalu suara denting atau dentang mengudara. Itu seperti orkestra. Keindahannya tak ada yang menyamai. Bahkan meski hanya untuk sekedar nyaris menghampiri.
\\ aku cemburu kepada pagi. Dari setiap tetes embunnya yang bunuh diri. Aku melihat tulusnya pengorbanan. Aku menyaksikan sebuah rasa tidak keberatan. Meski harus mati. Untuk menjaga harga diri pagi.
\\ aku cemburu pada airmata. Penguasa hati yang tak punya tahta. Memperhamba duka. memperbudak bahagia. Dalam satu imperium rasa. Segalanya bisa berairmata. Walau airmata tak berarti segalanya.
\\ aku cemburu pada rindu. Entah dia berkabar atau sama sekali tak diudar. Tetap saja rindu adalah benda asing yang mudah terbakar. Membekukan kemarau. Menghanguskan musim hujan. Tak ada lagi perihal yang sepadan. Jika rindu berkesumatkan dendam.
\\ aku cemburu pada kenangan. Kerumitan susunan urat syaraf yang mampu mencengkeram. Sekuat-kuatnya. Seluka-lukanya. Sedalam-dalamnya. Seperti Elang jika sedang garang. Seperti burung Nazar jika kelaparan. Mencincang tulang-tulang.
Bogor, 2 Nopember 2018