sepanjang jalan menuju sebuah tempat asal kemarau. Aku menemukan hujan. Jatuh tertatih-tatih dari selangkangan awan. Musim memang sedang kacau. Dalam siklusnya kemudian kebanyakan meracau.
manakala kotak-kotak penyimpanan cuaca, yang telah dibagi secara adil pada mulanya, digeser paksa dari tempatnya, dengan cara-cara yang hanya bisa dilakukan manusia, di situlah letak sebenarnya kekacauan.
ketika musim, yang semestinya mengenakan baju bergantian, diperkosa oleh kuatnya keinginan, mana yang lebih menguntungkan, atas perkara-perkara yang cuma mampu ditimbulkan oleh manusia, di sanalah sesungguhnya makna dari racauan.
Apabila musim dan cuaca digolongkan sebagai mangsa. Maka manusia telah berhasil memerangkapnya. Dimasukkan dalam sebuah bejana. Lalu diaduk seenaknya.
lalu dicerna sebisanya. Walau kemudian perut meledak karenanya
Simalungun, 23 Oktober 2018