Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Kita, Manusia

22 Oktober 2018   11:14 Diperbarui: 22 Oktober 2018   11:37 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

dunia mengajari kita dengan keras. Tak ada proses yang lembut untuk mendapatkan sarapan pagimu. Kecuali kau seorang bangsawan. Namun tetap saja. di setiap roti yang kau kunyah, ada satu cawan keringat buruh yang kau upah.

kita selalu ingin lebih cepat mendahului fajar. Bukan dalam hal membuka mata, namun untuk menguasai dunia.

kita mengakali cahaya matahari. Untuk menyinari tempat-tempat yang kita sukai. Lalu memadamkannya dengan baja dan besi. Di mana kita mengurung kehangatan di dalamnya. namun membakar habis lingkungan luarnya.

kita menganggap semua yang ada di dunia ini disediakan khusus untuk kita. Sehingga kita membuatnya sebagai meja prasamanan. Mengambil yang kita mau, bukan yang kita suka. Menghabiskan apa yang kita suka, tanpa sisa.

lantas ketika bumi kehabisan daya, kita merekayasa banyak hal yang tak lama kemudian menjadi perkara. Seolah-olah kita menemukan jalan keluar untuk melanggengkan peradaban, padahal kita sedang membunuh diri kita sendiri dengan kecepatan tinggi.

sedemikian cepatnya sampai kita sendiri tak menyadari akan mati lebih dini
bahkan dibandingkan dinihari
terhadap pagi

182, 22 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun