Ini nampaknya bukan senja biasa. Segulungan awan nyaris tergelincir. Menjatuhi kaki langit yang sedang berusaha menyalakan lampu. Kemerahan. Tanpa kemarahan.
sehabis hujan. Tanah yang basah mengepulkan kegembiraan. Rasa terimakasih yang panjang. Kepada para pedagang yang pulang menjajakan kemuliaan. Menjual beberapa keping kebahagiaan secara cuma-cuma. Dengan tidak mengurangi timbangan mereka.
aroma hujan di petang yang tak lagi gamang. Membius segala penciuman yang sebelumnya tersumbat. Rapat-rapat. Oleh amanat tak tersampaikan. Juga kasih tak terungkapkan. Orang-orang yang memberikan tempat duduk bagi yang membutuhkan. Di kereta yang dipenuhi patung dan arca. Diam mematung dan buta.
ternyata hujan kembali datang. Menutupi pandangan terhadap temaram yang perlahan menghilang. Seperti tirai jendela yang diturunkan. Begitu tempias kenangan liar berlepasan.
air yang mengalir di jalanan. Dipermainkan tinggi rendah lubang dan gundukan. Menjadikan sebuah lajur kejatuhan. Juga jalur pendakian. Bagi hati yang sengaja disembunyikan. Karena ketakutan. Terhadap kerinduan yang mencekam. Seperti menonton film horror dengan mata tak boleh sama sekali dipicingkan.
matahari sudah pergi. Senja juga hampir memberangkatkan diri. Aku di sini, menenggak kembali sunyi. Seperti hari-hari yang biasa terlewati.
Bogor, 20 Oktober 2018