Sebuah profil kematian. Kau gambar begitu kelam. Di helaian kertas buram yang kesakitan. Ujung penanya kau tusukkan seolah dengan niatan merajam.
dinihari. Rupanya kau luput dari incaran mimpi. Kau patah hati. Mengira dunia sebaiknya berakhir. Bagimu yang merasa tersisihkan takdir.
kau seolah berada di padang savana. Dikepung kawanan singa. Ketakutanmu lantas meraja-diraja. Kau meminta maut datang menjemput. Daripada tubuhmu hilang dikebumikan kabut.
kau merasa sedang dianiaya cinta. Berjalan menjauh darimu. Menampakkan punggungnya yang berdebu. Sambil melempar patahan sembilu, yang siap menyayat hatimu.
di sinilah kau salah. Padang savana itu sesungguhnya taman bunga. Kawanan singa itu kucing rumahan yang manja. Mengajakmu bermain dan bercanda. Memintamu segera berbahagia.
cinta tak pernah menganiaya. Dia selalu datang nampak muka, pergi pun berpamit sapa. Benda yang serupa sembilu itu. Sesungguhnya adalah rindu.
memang siap menyayat dengan hebat. Tapi tak akan membuatmu sekarat. Karena luka yang ditimbulkan justru mendatangkan kupu-kupu. Hewan bersayap lucu yang membawakanmu lebih banyak lagi rindu.
kau tak bisa menghindar. Meski kau kamuflasekan dengan menggambar. Profil kematian yang tegar.
tetap saja, itu adalah pelarian yang samar.
Bogor, 20 Oktober 2018