Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi│Sepenggal Saja

18 Oktober 2018   16:39 Diperbarui: 18 Oktober 2018   17:33 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi sepenggal gerbong kereta. Manusia rela mempertaruhkan biji matanya. Melotot dan berotot. Untuk sebuah fase yang disebut perjalanan. Bertandang ataupun pulang.

Demi sepenggal cerita. Orang-orang rela mengaduk nyawanya. Di medan perang, puncak gelombang, maupun kawah berlubang. Tak takut desing peluru bisa saja keliru, tajam ombak mudah saja menombak, dan letupan api sanggup merajam hati.

Demi sepenggal waktu. Kita menabrakkan diri pada banyak ketidakmungkinan. Melalui liku-liku ketidakpercayaan. Atas nama sebuah keniscayaan.

Demi sepenggal asa. Seekor elang menyayat sayapnya sendiri, pada tajamnya udara. Untuk persembahan. Bagi seekor marmut atau ikan. Demikian juga seekor merpati, yang membuang berita menyenangkan bagi dirinya sendiri. Agar cukup ruang untuk menyebarkan berita yang dititipkan padanya, teruntuk dunia yang nyaris mati.

Demi sepenggal cinta. Jantan dan betina saling mengasuh airmata. Untuk duka atau bahagia. Tak ada yang tahu bedanya.  Semenjak dahulu kala. Bahkan ketika manusia hanya berjumlah dua.

Jakarta, 18 Oktober 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun