Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Perutuk Rembulan

20 September 2018   20:10 Diperbarui: 20 September 2018   20:18 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tunjukkan kepadaku wahai perempuan perutuk rembulan, di mana letak kata yang tepat agar aku bisa membuatkanmu sebuah puisi yang khidmat.  Aku ingin kau terjaga dari sekapan sekian banyak drama di kepala.  Supaya kau tahu hidup itu dibuat seperti apa adanya.  Bukan sempurna akibat riasan tebal di muka.

Perempuan itu bangkit dari simpuhnya di depan cemara yang berusaha keras menahan daun jarumnya berjatuhan.  Tuduhan yang ditujukan kepadanya sebagai perutuk rembulan hendak disanggahnya dengan pembuktian.  Jarum dari daun cemara itu adalah saksi.  Bagaimana nanti dia menjahit semua tuduhan dengan rapi.

Dia menarik selendang dari bahunya.  Melemparkannya ke angkasa.  Mengajak langit yang murung menarikan tari Gandrung.  Berpasangan sebagai simbol wuyung.  Tari itu bisa mengusir kelamnya mega-mega.  Mengundang kedatangan purnama.

Langit seolah habis bercinta.  Terhuyung-huyung meneteskan peluh.  Semua mega mendung runtuh.  Digantikan kelebatan perak rembulan megatruh. Menundukkan wajah bulatnya yang patuh.  Khusus kepada perempuan itu yang balik tersenyum kepadanya.  Pertanda cinta.

Tunjukkan kepadaku wahai perempuan penakluk rembulan, di mana kau letakkan setiap puisi yang aku renjana.  Agar aku tahu apakah setiap baitnya mampu memakamkan airmata, mengenyahkan duka, serta memilah tragisnya drama.  Aku ingin kau tertidur nyenyak mulai sekarang.  Tak ada lagi cerita tentang pertunjukan drama yang membuat hatimu berkarang.   

 

Bogor, 20 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun