Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Beberapa Lapis Dunia

20 September 2018   09:29 Diperbarui: 20 September 2018   09:46 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku menjelajahi beberapa lapis dunia.  Mengumpulkan puzzle demi puzzle yang berserakan, menangkap setiap mataharinya, mengikuti setiap pergerakan cuaca di belakangnya, supaya aku tahu mesti berhujan-hujanan atau menapis kekeringan dalam sebuah cawan minuman.

Duniaku mirip dunia metamorfosa.  Aku berawal dari kupu-kupu.  Pemburu waktu yang hidupnya justru diburu oleh waktu.  Detik demi detik sangat berharga bagiku.  Semacam deja vu yang terjadi berkali-kali.  Menjumpai pagi, bercengkerama singkat dengannya, lalu melambaikan perpisahan sederhana.  Pada bunga-bunga.

Aku meletakkan butiran-butiran telur.  Dalam rangka menumbuhkan harapan atas kehidupan selanjutnya.  Lapis dunia berikutnya.  Aku dilindungi kemasan daun-daun yang terlipat rapi.  Seperti selimut kabut atas tubuh laut yang mengeriput.  Aku hidup.  Terimakasih untuk segala kecemasan yang membiarkan dirinya meredup.

Aku merupa ulat.  Menggeliat-geliat mencari pijakan agar tak terjatuh dengan keras.  Kawanku adalah musim kemarau.  Persis saat daun-daun merontokkan dirinya dalam upacara bunuh diri yang tak disengaja.  Aku membangun rumah di sana.  Bersama dengan segala kerumitan yang menyertainya.

Duniaku memasuki lapisan kepompong.  Semacam gorong-gorong.  Di mana aku mesti beringsut melaluinya.  Meringkuk pasrah.  Menunggu ketetapan waktu menjamah.  Dilahirkan dalam proses persalinan hati-hati.  Tak ubahnya reinkarnasi.  Menjadi kupu-kupu kembali.

Beberapa lapis duniaku terlewati satu demi satu.  Tanpa kasak kusuk yang tak perlu.  Tidak sempurna.  Namun setidaknya tidak pula mengada-ada.

Bogor, 20 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun