Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi│Pulanglah!

17 September 2018   10:13 Diperbarui: 17 September 2018   10:35 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: c.mi.com

Pulanglah! Mumpung langit Oktober mulai membasah. Tak perlu takut berjumpa kemarau. Satu musim yang selalu kau cemaskan. Kemarau hampir pergi. Saat kau perjalanan kemari, hujan telah utuh lagi. 

Kau bisa menggali kenangan yang berjejalan. Dalam satu saja genangan. Itu cukup. Terlalu banyak lubang galian akan membuat hatimu melepuh. Seperti disulut api dari dalam. Tidak berkobar tapi rasanya begitu panas membakar.

Saat pagi membuka mata. Pilihlah mana jendela yang hendak kau buka. Apakah kau ingin bercumbu dengan matahari, atau mencumbui sunyi di senja yang nyaris mati. Lupakan dua jendela lainnya. Kau tak akan menemui apa-apa. Sejauh-jauhnya kau hanya akan menemui pemakaman airmata.  Atau duka yang dihamburi gula.

Sepertinya itu bukan pilihan. Tapi sesungguhnya itu sama-sama harapan. Bercumbu dengan matahari benar-benar menghangatkan hati. Mencumbui sunyi di senja yang nyaris mati lebih lagi akan membuatmu percaya diri. Sebab jarang ada yang berani. Pilihan yang ini sama dengan ketika kau harus berhadapan dengan harimau di sangkar sempit empat meter persegi.

Pulanglah! Banyak tempat untuk rebah di sini. Pembaringan yang direnangi melati. Atau jajaran puisi penguat hati di lemari.

Bogor, 17 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun