Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau Menemukanku Meringkuk di Antara Batu

18 Agustus 2018   08:25 Diperbarui: 18 Agustus 2018   08:26 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi yang hangat.  Di pinggiran kali yang nyaris mampat.  Kau menemukan aku meringkuk di antara batu.  Mencoba sekerasnya menyembunyikan diri dari pencarianmu.  Aku mengira kau diberi tumpangan cahaya matahari.  Sebab aku lihat bayanganmu memantul di permukaan air yang menepi.

Batu tempatku meringkuk.  Adalah masa lalu yang berlubang lekuk.  Dihujani kenangan setiap waktu.  Terkadang merintik pelan seumpama jalan kecomang.  Tak jarang pula menderu deras seperti barakuda lintang pukang.  Dikejar gelombang.  Berbuih tajam.

Kau salah.  Cinta tak pernah hancur menjadi remah.  Cinta hampir selalu utuh.  Kecuali jika terus saja dibanjiri kutuk dan rutuk.  Maka dia akan berubah bentuk.  Mungkin saja menjadi kemarau.  Apabila kau memilih musim cinta yang kacau.  Atau bisa juga menjadi mumi.  Jika kau berupaya membekukannya dalam sunyi.

Di pagi yang hangat ini.  Setelah menemukanku tumbuh bersama lumut di batu yang berkerut.  Tetaplah menjadi air yang tetap hadir mengalir.  Pada setiap pusaran dan tikungan.  Di pusaran kau tenggelamkan kepedihan.  Di tikungan kau belokkan kesepian.  Ke dalam kerinduan.

Bogor, 18 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun