Aku tidak sepenuhnya jalang. Â Terkadang aku masih suka berenang di antara bintang. Â Membantu membagikan cahaya bagi siapa saja yang tersesat di perjalanan pulang. Â Aku mengaku luka hanya karena lupa bahwa sayatan yang kau buat dahulu telah tertutupi dengan membanjirnya tawa.
Tawa itu didatangkan oleh bulan yang rupanya juga sedang bersenang-senang di langit yang tak lagi cedera. Â Bulannya menari. Â Menyingkirkan semua keinginannya yang hendak menelanjangi diri. Â Hanya ingin memperlihatkan niatnya kepadamu, betapa cinta itu memang semestinya telanjang, tak perlu ada yang ditutupi.
Apabila airmatamu tak lagi bening. Â Berpalinglah sejenak kepada hening. Â Hening akan mengembalikan dirimu pada warna yang sesungguhnya dari cinta. Â Hitam putih semata-mata. Â Jika ada abu-abu di antaranya, maka bersiaplah akan kehadiran duka.
Jika kau mengingatku hanya dalam hitungan detik. Â Maka aku mengingatmu justru ketika waktu berhenti berdetik. Â Itu artinya aku mematikan waktu. Â Sebab bersamamu, aku menjelma menjadi batu. Â Menyeraki halamanmu yang berdebu. Â Agar kau tak terpeleset menjatuhi sembilu.
Kau mengatakan tentang hati yang mati. Â Kau lupa bahwa hati itu dicetak dengan tinta abadi. Â Meski guludan tanah renta telah mengubur tulang belulang kita yang menua, hati yang mencinta tetap akan hidup selamanya.
Karena itu kenakan lagi gaunmu. Â Berdansalah denganku. Â Aku akan menunjukkan kepadamu betapa kenangan itu hanyalah serpihan kecil masa lalu.
KL, 15 Agustus 2018