Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kemelut

11 Agustus 2018   07:00 Diperbarui: 11 Agustus 2018   09:04 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

berwujud apa saja

bertetesan menumpangi gerimis

atau malah mengendarai tangis

dengan tali kekang dari hati yang teriris-iris

Ibarat kuda, kemelut terjadi saat surai-surainya dilipat angin

larinya kemudian tak terkendali, hingga terjungkallah semua ingin

ibarat jendela, kemelut terbuka begitu kacanya retak akibat cuaca

tak ada yang bisa dilihat, sepasang mata akhirnya hanya digunakan berpura-pura

ibarat lautan, kemelut membadai ketika gelombang melompati puncak karang

perahu-perahu berbalik haluan, menuju pantai dimana cahaya masih membagi terang

Bogor, 10 Agustus 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun