Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menggenggam Sunyi

5 Agustus 2018   19:38 Diperbarui: 5 Agustus 2018   19:52 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku, menggenggam sunyi di tangan kiri, sedangkan tangan kananku sibuk menyibak belukar berduri.  Aku adalah salah satu pewaris matahari, namun aku hanya bisa hidup dari nyala api.

Bayangkan aku sebagai bayangan.  Karena aku hanya bisa berjalan dalam terang.  Di kegelapan? aku mudah sekali terjengkang.

Mukaku sembab bukan karena terjerembab.  Tapi oleh ketakutan tanpa sebab.  Aku sadar aku sering memelototi malam, hanya karena mataku ditusuk kabut kelam.  Aku harus menerima akibatnya.  Separuh mimpiku dianiaya.

Hatiku terbuat dari serpihan besi.  Gampang melukai tapi juga mudah terlukai.  Darah yang menetes bukannya merah, tapi berwujud sumpah serapah. Begitu ludahku menyampah, lidahku sudah lebih dahulu menyinggahi tempat sampah.

Sunyi, adalah kudapanku di pagi hari.  Tanpa kukunyah, langsung saja kutelan mentah.  Aku muntah.  Berceceranlah kembali sumpah serapah.

Aku lelah....

Jakarta, 5 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun