Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi │Seperti Perburuan Waktu terhadap Kupu-kupu

31 Juli 2018   08:06 Diperbarui: 31 Juli 2018   23:03 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Intisari Online - Grid.ID

Sulit aku menjangkaumu. Kau jauh di atas sana. Terbang bersisian dengan elang. Menyapu udara yang berdebu. Dengan sayap-sayap yang dikemudikan rasa rindu. 

Rasanya ingin aku bertamu di hadapanmu. Melihatmu menatapku. Dengan tatapan setajam lebah terhadap bunga-bunga yang menyimpan nektar rahasia. Dan aku, memilih untuk membuang muka. Jika tidak, maka aku akan terpilih sebagai yang terluka. 

Lalu kita berbincang tentang apa saja. Terutama tentang pagi yang tersayat. Nadinya teriris tajam pucuk pinus. Kemudian dibebat gulungan kabut.Juga tentang kecemasan kita. Terhadap danau dingin yang mestinya direnangi angsa. Angsa sangat bisa menghangatkan. Sebab bulunya dipilin dari perapian.

Angsanya tak ada. Mereka lebih memilih merenangi angan-angan kita. Agar kita tidak terjatuh dalam dingin. Dan berdiam seribu bahasa. Seperti patuhnya hening terhadap suasana.

Kini aku bisa menjangkaumu. Jarakmu tak lebih dari jarak antara jantung ke hatiku. Itu artinya kau ada dalam dadaku. Kau harus mengakui itu, atau aku akan memburumu. Seperti kerasnya  perburuan waktu terhadap kupu-kupu.

Pekanbaru, 31 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun