Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untukmu yang Mengendarai Angin

22 Juli 2018   21:50 Diperbarui: 22 Juli 2018   21:59 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika kau berniat meniupkan angin dingin untuk membagi rasa beku. Lakukan sebelum aku pecah seperti arca yang dipalu. Setelah itu pergilah ke tempatmu semula. Aku mengiringimu dengan doa.

Apabila kau sudah menyelesaikan rasa penasaran karena aku berani mengabadikanmu dalam sebuah kisah yang pilu, maka maafkanlah aku. Aku dituntun oleh hati. Bukannya ingin menganiaya sunyi.

Malam ini bulan tak ada. Aku juga sedang tak mengada-ada. Pulanglah sebelum dinihari tiba. Aku berharap kau mengerti tentang dunia yang berbeda.

Ini adalah sebuah puisi dingin. Untukmu yang mengendarai angin. Kembalilah segera. Kedamaian menunggumu di sana.

Jakarta, 22 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun