Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menyabung Kematian

15 Juli 2018   13:45 Diperbarui: 15 Juli 2018   13:55 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pilihanmu cuma satu. Mati! 

Sebab kau sedang berenang dalam kolam yang dicuci memakai merkuri. Kau menghisap udara bertuba hasil pantat raksasa pabrik pembuat boneka. Kau hidup di antara jeritan hutan yang satu persatu meregang nyawa. Kau bergelimang asam dari pipi hujan yang berairmata kusam.  Kau tinggal persis di bawah lubang hidung kematian dari langit yang terus menerus ditusuk belati berbisa.

Aku, kau, kita semua sedang menyabung kematian.  Terkena ujung taji dari pagi yang mati suri, siang yang terhumbalang, sore yang sekarat, dan malam yang sedang berayun menuju pintu gerbang kiamat.

Lorong-lorong zaman dibangun sejengkal demi sejengkal.  Makin lama makin sempit.  Tubuh dan nafas saling berhimpit.  Entah mana yang lebih dulu merasa sakit.  Tubuh terkoyak atau nafas yang meruyak.

Peradaban melaju dengan kecepatan suara.  Berusaha keras mencapai kecepatan cahaya.  Manusia dibuat lintang pukang mengejar.  Mengendarai suara dengan telinga pengar.  Belajar menunggangi cahaya dengan jiwa memar.

Pilihanmu cuma satu.  Terbakar!

Bogor, 15 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun