Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pemburu Waktu

8 Juli 2018   11:04 Diperbarui: 8 Juli 2018   11:16 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memercik ke segala arah

Cahaya matahari terantuk kepundan Merapi

Menampakkan silhuet patah-patah

Gunung yang pernah melahap kematian

Ketika kemarahan tak lagi bisa ditahan

Ribuan anak muda

Menatap lembaran kertas di hadapannya

Dengan mata senanar elang lapar

Sanggupkah mengudara setinggi-tingginya

Sembari berharap sayap mereka ditumbuhkan kota Yogyakarta

Putaran roda pedati

Sedang menampakkan pertaruhan

Anak-anak muda yang membuang ingus kelelahan

Dahi berkerut dan otak mengerut

Dihajar bayangan masa depan yang

Mengejar mereka laksana pemangsa

Zaman tak kenal kata iba

Bagi orang-orang yang menyimpan keringatnya

Hanya untuk melukis angan-angan

Tanpa mau terjepit pintu

Atau tertusuk ranting kayu

Atau terlukai sesuatu

Menjadi seorang penakluk

Berarti harus berjalan, melompat dan berlari

Bukannya duduk, disusui dan disuapi

Seperti perjuangan air dalam melubangi kerasnya batu

Tak mau sudah sebelum airnya menggenang di situ

Itu baru namanya seorang pemburu waktu

Yogyakarta, 8 Juli 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun