Ran merasakan kakinya perih sekali terkena serpihan kayu. Â Entah seperti apa parahnya tapi dia berdoa semoga saja tidak patah. Â Ketua team ekspedisi yang tangguh ini menguatkan diri. Memeriksa keadaan teman-temannya satu persatu. Â Semuanya mengalami luka ringan kecuali Cindy. Â Gadis itu segar bugar tak kurang suatu apa. Â Ran sama sekali tidak heran.
Semuanya memandang ini sebagai sebuah keajaiban. Â Bagaimana tidak. Â Jalan mereka buntu karena terhalang sungai lava. Â Dikejar makhluk mengerikan serupa naga. Â Diselamatkan oleh pohon yang kebetulan terdapat lubang sarang di dalamnya. Â Dan yang paling utama adalah pohon besar ini juga yang menyeberangkan mereka ke pantai sekaligus lolos dari kejaran makhluk mengerikan itu. Â Ini luar biasa! Â Sebuah skenario yang hanya bisa ditulis oleh tangan Tuhan!
Cindy memeriksa kaki Ran yang terlihat kesakitan. Â Tidak apa-apa. Â Hanya sedikit luka tusuk dari serpihan kayu. Â Cindy membersihkan luka itu lalu membebatnya. Â Meskipun terpincang, Ran sanggup berdiri kembali dan memerintahkan Rabat dan Ben untuk melakukan eksplorasi pantai ini.
Rabat dan Ben memulai penyelidikan. Â Pantai ini sungguh landai walau ada juga batu-batu karang besar tergeletak berpencar di sana sini. Â Lautnya nampak begitu indah sehabis badai. Â Garis pantainya sangat panjang. Â Akan perlu waktu seharian jika harus menelusuri dari ujung ke ujung. Â Sedangkan hari mulai gelap. Â Matahari tak lama akan tenggelam. Â Lebih baik jika mereka mencari tempat bermalam yang aman dan juga makanan.
Keduanya mencari-cari dengan teliti. Â Menemukan beberapa batu karang besar menjorok ke arah laut. Â Bahkan ada yang seperti membentuk formasi. Â Pantai yang landai itu menjadi semakin menarik karena gugusan karang yang berserakan. Â Keduanya bergerak ke gugusan karang besar itu untuk mencari tempat perlindungan dan barangkali menangkap ikan jika memungkinkan.
Ben yang pertama melihat. Â Kapal! Â Teriaknya mengagetkan Rabat. Â Rabat menengok arah yang ditunjuk Ben. Â Benar. Â Nampak jelas sosok besar kapal yang tersandar di di antara 2 karang besar. Pantas saja sejak tadi tidak terlihat. Â Sebuah kapal yang apabila dilihat dari bentuknya adalah kapal zaman....pertengahan! Â Sebuah kapal kayu besar dengan banyak tiang layar.Â
Kapal itu masih terlihat kokoh. Â Memang sudah berlubang di sana sini namun tidak nampak hancur berantakan. Â Kedua pria itu mendekati. Â Kapal itu seperti disangga oleh 2 batu karang sehingga cukup mudah mencapainya.
Ternyata kapal itu kapal perang. Â Masih terlihat beberapa moncong meriam karatan di dinding kiri kapal yang menghadap daratan. Â Ben menceburkan diri ke laut. Â Kapal itu cukup dekat. Â Setelah sedikit berenang di air yang tenang, Ben menaiki karang dan mengamati. Â Ada yang aneh dari kapal kuno itu. Â Tapi apa? Â Ben melambaikan tangan kepada Rabat yang menunggu di tepian.
Rabat mendatangi Ben. Â Keduanya berdiri di batu karang dan persis berada di depan lambung kapal. Â Ah ini dia! Â Kapal layar zaman pertengahan namun terdapat baling-baling dari baja di haluan. Â Aneh! Â Bukankah orang zaman dahulu menggerakkan perahu menggunakan dayung dan hanya terdapat bilah kemudi di haluannya. Â Ini kapal paling tidak masuk akal yang pernah saksikan.
Satu lagi, setelah sekian abad terendam air laut seharusnya kapal ini berlumut. Â Ditumbuhi karang dan menjadi terumbu bagi ikan-ikan. Â Ini tidak. Â Kapal ini meskipun koyak di beberapa tempat tapi masih semulus baru keluar galangan. Â Sinting. Â Ini penemuan sinting.
Rabat mencari cara bagaimana memasuki kapal misterius ini. Â Sebuah tangga atau lubang atau apa saja. Â Dia menemukannya! Â Sebuah lubang yang mengoyak buritan kapal terlihat menganga. Â Rabat menggamit lengan Ben agar mengikutinya. Â Keduanya berjalan dengan hati-hati. Â Batu karang ini sangat licin.Â