Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pasak Cinta untuk Sang Drakula (Bagian 2 dari 3 Bagian)

19 Juni 2018   23:12 Diperbarui: 19 Juni 2018   23:31 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di depan gedung pengadilan.  Pria tambun berpakaian perlente itu menatap pongah pada kerumunan kamera.  Dia dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan atas kasus korupsi yang dituduhkan kepadanya.  Sorotan lampu blitz tak pernah berhenti menerpa muka sang pejabat.  Memantulkan wajah bopeng hukum yang dengan mudah bisa ditelikungnya.

Pria itu memasuki mobil mewah yang telah menunggunya.  Sebuah mobil limousin panjang hitam dan berkilau.  Sang ajudan memberi hormat dengan gaya berlebihan, membukakan pintu belakang, menutupnya setelah sang pejabat masuk, lalu menghenyakkan pantatnya di samping pengemudi.

Sang pejabat menghapus sedikit peluh di dahinya.  Mengetuk jendela pemisah antara pengemudi dan penumpang.  Memberi isyarat supaya cepat pergi.  Dia juga harus menelepon beberapa orang.  Penting.

Limousin itu bergerak meninggalkan gedung pengadilan.  Lambat saking banyaknya wartawan peliput yang masih mengejar dan mengetuk pintu jendela meminta pernyataan lebih lanjut dari sang pejabat.  Sementara sang pejabat di dalam mobil dengan santainya menelepon kesana kemari mengabarkan kepada para koleg mengenai kemenangannya.

"kabari aku kalau kalian nanti terlibat masalah yang sama mengenai korupsi.  Aku akan membereskannya!"

Sang Pejabat meletakkan hape.  Merasakan ada seseorang.  Menoleh ke samping tempatnya duduk yang tadinya kosong.  Lelaki itu tersenyum kepadanya.  Taring panjang berkilat terlihat di kedua sudut mulutnya yang menyeringai.

-----

Seorang pejabat teras negeri ini tewas kehabisan darah di dalam limousin mewah miliknya.

Tubuhnya mengering seperti pohon jati yang disuntik mati.

Ajudan dan pengawal tidak menyadari atasannya mati.  Baru sadar setelah sampai di rumah.

Tajuk-tajuk berita itu menghiasi media cetak maupun elektronik.  Sania tidak paham apa yang terjadi meskipun berkali-kali pop up broadcast bertubi-tubi singgah di layar hapenya.  Gadis ini lebih memilih browsing tentang drakula.  Masih merinding mengingat kejadian di rumah Sonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun