-----
Namun karena hutan yang tersisa tinggal sedikit, tak cukup ruang bagi manusia untuk bersembunyi di dalamnya. Â Tak sampai seperseratus dari populasi saja.
Alhasil, jutaan manusia harus berlari kesana kemari. Â Setiap hari. Â Menghindar dari perburuan yang menakutkan. Â Makhluk-makhluk itu berburu manusia bukan karena kebutuhan untuk makan. Â Tapi lebih mirip pada pelampiasan dendam.
Semakin lama populasi manusia semakin sedikit. Â Dunia dikuasai ikan. Â Tidak ada negara. Â Tidak ada pemerintahan. Â Total kekacauan.
Manusia yang masih bertahan adalah yang mengungsi ke dalam hutan. Â Meskipun jumlahnya hanya jutaan, namun karena kebutuhan, dirambahlah hutan yang tersisa menjadi pemukiman, ladang dan kebun untuk memenuhi kebutuhan makan.
Pinggiran hutan dibiarkan utuh agar makhluk-makhluk jelmaan ikan itu tidak bisa masuk. Â Namun tengah-tengah hutan berlubang sana sini karena ekspansi. Â Kayu-kayu ditebangi, mata air di lubangi, sungai dibendung, dan sulur rotan dihabisi.
Dalam proses bertahan hidup ini, manusia kembali pada kebiasaan lamanya. Â Penghuni hutan yang asli harus menyingkir karena diusir. Â Bahkan hewan-hewan itu diburu untuk memenuhi kebutuhan akan daging. Â Dunia lama berputar ulang. Â Di dalam hutan.
Manusia-manusia yang selamat memulai kehidupan baru. Â Di dalam hutan yang tidak lagi bisa disebut hutan. Â Tumbuh menjadi desa dan perkampungan.Â
-----
Nelayan dan temannya yang dulu memulakan kisah penuh anarki ini berubah profesi menjadi petani. Â Mereka adalah sedikit dari orang yang berhasil melarikan diri ke hutan terdekat bersama keluarganya.
Di sebuah pagi yang cerah sebelum memulai aktifitas menanam padi ladang, keduanya bercakap-cakap sejenak untuk menghilangkan kerinduan akan kampung halaman dan juga lautan.