Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dendam

10 Juni 2018   20:18 Diperbarui: 11 Juni 2018   00:23 2358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-----

Namun karena hutan yang tersisa tinggal sedikit, tak cukup ruang bagi manusia untuk bersembunyi di dalamnya.  Tak sampai seperseratus dari populasi saja.

Alhasil, jutaan manusia harus berlari kesana kemari.  Setiap hari.  Menghindar dari perburuan yang menakutkan.  Makhluk-makhluk itu berburu manusia bukan karena kebutuhan untuk makan.  Tapi lebih mirip pada pelampiasan dendam.

Semakin lama populasi manusia semakin sedikit.  Dunia dikuasai ikan.  Tidak ada negara.  Tidak ada pemerintahan.  Total kekacauan.

Manusia yang masih bertahan adalah yang mengungsi ke dalam hutan.  Meskipun jumlahnya hanya jutaan, namun karena kebutuhan, dirambahlah hutan yang tersisa menjadi pemukiman, ladang dan kebun untuk memenuhi kebutuhan makan.

Pinggiran hutan dibiarkan utuh agar makhluk-makhluk jelmaan ikan itu tidak bisa masuk.  Namun tengah-tengah hutan berlubang sana sini karena ekspansi.  Kayu-kayu ditebangi, mata air di lubangi, sungai dibendung, dan sulur rotan dihabisi.

Dalam proses bertahan hidup ini, manusia kembali pada kebiasaan lamanya.  Penghuni hutan yang asli harus menyingkir karena diusir.  Bahkan hewan-hewan itu diburu untuk memenuhi kebutuhan akan daging.  Dunia lama berputar ulang.  Di dalam hutan.

Manusia-manusia yang selamat memulai kehidupan baru.  Di dalam hutan yang tidak lagi bisa disebut hutan.  Tumbuh menjadi desa dan perkampungan. 

-----

Nelayan dan temannya yang dulu memulakan kisah penuh anarki ini berubah profesi menjadi petani.  Mereka adalah sedikit dari orang yang berhasil melarikan diri ke hutan terdekat bersama keluarganya.

Di sebuah pagi yang cerah sebelum memulai aktifitas menanam padi ladang, keduanya bercakap-cakap sejenak untuk menghilangkan kerinduan akan kampung halaman dan juga lautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun