Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Petang Bergurindam

8 Juni 2018   19:03 Diperbarui: 8 Juni 2018   19:13 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lalu lalang tak habis-habis

Saat jantung ibukota aortanya diiris-iris

Mengalirkan manusia, kereta dan cita-cita

Menuju akhir cerita sempurna

Sinar lampu saling menyapa

Penuh cinta

Sore yang hangat setelah berbuka

Menggiring ibukota melampirkan doa-doa

Bagi penghuni yang tetesan keringatnya belum tuntas

Menyaring kekuatan daun beluntas

Menyebutnya sebagai filosofi rawe-rawe rantas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun