Langit malam membuka gerbangnya. Â Mempersilahkan anai-anai bercahaya. Â Memasuki pintu kegelapan satu persatu. Â Memulai sebuah petualangan yang seharusnya dilakukan. Â Para binatang malam dalam menuntaskan pencarian.
Semburat kecil lampu perahu di tengah lautan. Â Menyambut kecipak sirip ikan terjerat jala nelayan. Sama sekali tidak menyalahkan kejadian. Â Sudah garisnya nanti teriris dan ditaburi garam. Â Supaya anak-anak nelayan itu bisa sekolah dan juga makan.
Tak ada camar. Â Tak ada elang. Â Para penguasa pantai dan pesisir. Â Sudah sedari tadi melipat sayapnya. Â Di sarang yang hangat dan nyaman. Â Menunggui anak-anaknya tertidur. Â Mengumpulkan mimpi bagaimana cara mereka bisa segera terbang esok hari.
Perjalanan malam dilakukan seperti biasa. Â Menapis gelap. Â Menepis senyap. Â Melakukan perburuan atau sekedar menjeda pertapaan. Â Bukan hanya ngengat atau kunang-kunang. Â Tapi juga orang-orang yang memutuskan mencintai malam.
Perjalanan malam punya saat tepat untuk berhenti. Â Begitu tak terdengar lagi teriakan sunyi. Â Atau bertiupnya puncak angin dingin dinihari. Â Itulah alarm peringatan bahwa waktu sudah saatnya berganti. Â Perjalanan mesti disudahi.
Jakarta, 24 Mei 2018