Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Reinkarnasi (Bab 16)

21 Mei 2018   20:58 Diperbarui: 21 Mei 2018   21:23 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mada berlari mendatangi arah suara anjingnya yang menguik ketakutan tadi.  Matanya mencari-cari dengan seksama.  Hamparan rumput tinggi menghalangi pandangan. Tidak nampak sedikitpun bayangan Nero.  Bahkan suaranya sama sekali tak terdengar.

Mata Mada terpaku pada ranting yang dilemparnya tadi.  Di sebuah ceruk kecil depan semak belukar yang cukup lebat.  Mada yakin tadi Nero pasti menemukan ranting ini.  Tapi kemana anjing itu?  Tidak ada hal yang ditakuti sama sekali selama ini oleh Nero.  Anjing itu adalah anjing paling pemberani yang pernah dikenal Mada.

Mada mengedarkan pandangan meneliti sekeliling tempat ranting itu tergeletak.  Takutnya ada binatang buas bersarang di sekitar situ.  Tapi seingat Mada, Harimau Jawa sudah punah.  Macan Kumbang adanya di hutan lebat yang tersisa nun jauh di sana.  

Ular Phyton bisa saja menelan Nero.  Tapi Phyton sebesar apa yang sanggup menelan anjing sebesar Nero?  Mada mendadak pening.  Sesuatu yang seharusnya lucu dan menghibur malah sekarang membuatnya sakit kepala.

Mada menunduk mengambil ranting yang menjadi gara-gara.  Wusssss, selarik hawa dingin tiba-tiba menyergap tengkuknya.  Mada terlonjak kaget.  Dia melompat menjauh.  Berjaga-jaga jika ada serangan susulan.  Setelah beberapa saat tak ada apa-apa, Mada kembali mendekati ranting itu dan menunduk sambil melirik waspada ke kanan dan kiri. 

Wussss....nguuuunggggg

Hawa dingin kali ini menerpa wajah Mada disertai suara berdengung pelan.  Mada yang sangat waspada merasakan tiupan dan dengungan itu berasal dari suatu arah tertentu.  Semak belukar yang lebat di hadapannya.  Mada tercekat hatinya.  Jangan-jangan inilah tempatnya.

Mada memajukan tubuh.  Berusaha memahami apa yang terjadi.  Angin mengencang meniup wajah dan rambutnya.  Suara berdengung juga berubah seperti ribuan tawon sedang mengamuk.  Mada sangat yakin sekarang.  Laki-laki tinggi besar ini menyibak semak lebat di depannya. 

Gua! Terlihat mulut gua hitam menganga persis di hadapannya.  Kecil saja tapi cukup untuk jalan masuk orang dewasa dengan cara merangkak.  Mada semakin panasaran.  Setahunya dulu saat membeli tanah ini tidak ada satupun gua yang ditemukan.  Mada paham bahwa Gerbang Waktu ada di areal perbukitan ini tapi entah berbentuk apa serta berada entah di mana. 

Sekarang Mada baru mengerti.  Gerbang Waktu ini rupanya memunculkan diri kasat mata beriringan dengan proses reinkarnasi yang terjadi.

Mada mencoba memasuki gua kecil itu.  Begitu kakinya tinggal selangkah lagi sampai di pintu gua, tanpa peringatan apa-apa dan meskipun sudah dalam level kewaspadaan yang tinggi, tubuh Mada seperti dihempas badai terburuk.  Terpental jauh ke belakang dan bergulingan keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun