Mada berlari mendatangi arah suara anjingnya yang menguik ketakutan tadi. Â Matanya mencari-cari dengan seksama. Â Hamparan rumput tinggi menghalangi pandangan. Tidak nampak sedikitpun bayangan Nero. Â Bahkan suaranya sama sekali tak terdengar.
Mata Mada terpaku pada ranting yang dilemparnya tadi. Â Di sebuah ceruk kecil depan semak belukar yang cukup lebat. Â Mada yakin tadi Nero pasti menemukan ranting ini. Â Tapi kemana anjing itu? Â Tidak ada hal yang ditakuti sama sekali selama ini oleh Nero. Â Anjing itu adalah anjing paling pemberani yang pernah dikenal Mada.
Mada mengedarkan pandangan meneliti sekeliling tempat ranting itu tergeletak. Â Takutnya ada binatang buas bersarang di sekitar situ. Â Tapi seingat Mada, Harimau Jawa sudah punah. Â Macan Kumbang adanya di hutan lebat yang tersisa nun jauh di sana. Â
Ular Phyton bisa saja menelan Nero. Â Tapi Phyton sebesar apa yang sanggup menelan anjing sebesar Nero? Â Mada mendadak pening. Â Sesuatu yang seharusnya lucu dan menghibur malah sekarang membuatnya sakit kepala.
Mada menunduk mengambil ranting yang menjadi gara-gara. Â Wusssss, selarik hawa dingin tiba-tiba menyergap tengkuknya. Â Mada terlonjak kaget. Â Dia melompat menjauh. Â Berjaga-jaga jika ada serangan susulan. Â Setelah beberapa saat tak ada apa-apa, Mada kembali mendekati ranting itu dan menunduk sambil melirik waspada ke kanan dan kiri.Â
Wussss....nguuuunggggg
Hawa dingin kali ini menerpa wajah Mada disertai suara berdengung pelan. Â Mada yang sangat waspada merasakan tiupan dan dengungan itu berasal dari suatu arah tertentu. Â Semak belukar yang lebat di hadapannya. Â Mada tercekat hatinya. Â Jangan-jangan inilah tempatnya.
Mada memajukan tubuh. Â Berusaha memahami apa yang terjadi. Â Angin mengencang meniup wajah dan rambutnya. Â Suara berdengung juga berubah seperti ribuan tawon sedang mengamuk. Â Mada sangat yakin sekarang. Â Laki-laki tinggi besar ini menyibak semak lebat di depannya.Â
Gua! Terlihat mulut gua hitam menganga persis di hadapannya. Â Kecil saja tapi cukup untuk jalan masuk orang dewasa dengan cara merangkak. Â Mada semakin panasaran. Â Setahunya dulu saat membeli tanah ini tidak ada satupun gua yang ditemukan. Â Mada paham bahwa Gerbang Waktu ada di areal perbukitan ini tapi entah berbentuk apa serta berada entah di mana.Â
Sekarang Mada baru mengerti. Â Gerbang Waktu ini rupanya memunculkan diri kasat mata beriringan dengan proses reinkarnasi yang terjadi.
Mada mencoba memasuki gua kecil itu. Â Begitu kakinya tinggal selangkah lagi sampai di pintu gua, tanpa peringatan apa-apa dan meskipun sudah dalam level kewaspadaan yang tinggi, tubuh Mada seperti dihempas badai terburuk. Â Terpental jauh ke belakang dan bergulingan keras.