Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reinkarnasi (Bab 14)

19 Mei 2018   21:55 Diperbarui: 19 Mei 2018   21:57 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sin Liong melirik kaca spion.  Dua mobil pick up itu melaju cepat mengejar mereka.  Hmm, orang-orang yang gigih, pikir Sin Liong sambil terus menjejak gas.  Meliuk-liuk di padatnya jalanan kota Surabaya.  Pemuda ini masih terkagum-kagum dengan kemampuan Citra.  Membuat peluru macet dan tidak bisa ditembakkan?  Tiga pistol sekaligus? Ckckck....gadis ajaib!

Citra memandangi Raja di sampingnya.  Banyak hal yang ingin ditanyakannya.  Mulai bagaimana dia selamat dari penculikan.  Selamat juga dari serangan ilmu magis orang suruhan Maja di kereta.  Pasti ada satu hal yang tak diketahuinya.  Raja adalah manusia jaman ini.  Bukan titisan atau reinkarnasi siapapun.  Manusia modern yang tidak percaya kekuatan mistis.

Tapi selamat dari penculikan dan kejaran Mada adalah hal yang menakjubkan.  Barangkali itu keberuntungan.  Tapi apakah selamat dari serangan mistis dahsyat seorang dukun hebat itu juga keberuntungan?  Rasanya tidak.  Pemuda ini pasti mendapatkan bantuan dari seseorang atau paling tidak sebuah kekuatan lain.

Citra menggelengkan kepala mengusir rasa ingin tahu yang membuncah begitu kuat.  Tidak tega untuk mendesak Raja dengan pertanyaan yang mungkin malah tidak dimengertinya sama sekali.  Citra kembali menggelengkan kepala.  Tersenyum simpul melihat Raja tertidur nyenyak karena keletihan.  Padahal mereka sedang kejar-kejaran dengan seru di jalanan yang sangat ramai.  Citra mengalihkan pandangan ke depan.

Nampaknya Sin Liong mengarahkan mobil masuk tol.  Menghindari pengejar di tengah jalanan kota yang sibuk sangat beresiko.  Terutama bagi para pengguna jalan lainnya yang tak bersalah.  Pilihan yang paling rasional adalah meninggalkan para pengejar dengan kecepatan tinggi.  Dan itu bisa dicapai dengan memasuki jalan tol.

------

Mobil yang membawa Feng Siong dan Hoa Lie memasuki gerbang besar sebuah perumahan elit di bilangan Jakarta Selatan.  Rumah sebesar istana dengan penjagaan ketat di depan.  Para penjaga adalah tentara bersenjata.  Pemilik rumah bukanlah orang kaya biasa tapi pastilah juga sangat berkuasa. 

Feng Siong dan Hoa Lie turun dari mobil dan dipersilahkan masuk dalam rumah.  Di dalam sudah menunggu beberapa orang pelayan yang segera membantu mereka melepaskan jaket dan jas, meletakkan tas, dan banyak hal lainnya yang merupakan pelayanan kelas bintang lima. 

Setelah masing-masing menyegarkan diri di kamar yang telah disediakan, Feng Siong dan Hoa Lie duduk di sebuah ruang tamu mewah.  Menunggu tuan rumah menemui mereka.  Tuan rumah yang mengatur semua hal untuk mereka selama di Indonesia.  Tuan rumah yang punya tangan kuat.  Sampai-sampai visa masuk yang biasanya selesai dalam waktu seminggu cukup diselesaikan dalam satu hari.

------

Di sebuah restaurant di Den Haag, Belanda.  Robert Van Der Meer memandangi jam tangannya sambil berdesah resah.  Orang yang ditunggunya memang tidak pernah tepat waktu.  Seharusnya pertemuan diadakan pukul 7 petang.  Sekarang sudah hampir pukul 8.  Bahkan kabar mengenai keterlambatan saja tidak muncul di selulernya.  Payah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun