Buku itu aku beri judul satu kata saja. Â Cinta. Â Kau bertanya alasanku apa. Â Aku katakan hanya itulah yang aku punya. Â Jika aku rubah judulnya menjadi dunia. Â Itu adalah sesuatu yang jelas aku tidak punya.
Beberapa halaman aku simpan. Â Kau bertanya lagi alasanku apa. Â Aku bilang itu rahasia. Â Jika aku katakan sekarang. Â Maka aku akan menelanjangi sebuah perkara. Â Aku tak mau itu terjadi. Â Aku adalah golongan dari api. Â Mengatakan terbakar jika semua sudah menjadi abu.
Bab demi bab aku susun seperti susunan labirin yang aku bangun dari pasir yang aku ambil dari pesisir. Â Digumpalkan air. Â Kemudian direkatkan menggunakan rasa rindu yang dituahi takdir. Â Kau tak mau bertanya mengapa. Â Mungkin karena kau sudah menduga jawabanku seperti apa.
Aku menomori dengan urutan angka terbalik. Â Aku mengharap semua orang akan bertabik. Â Aku ingin ujungnya adalah angka satu. Â Suatu bagian dari rahasia waktu. Â Dimana pendulumnya berawal sekaligus membatu.
Aku mau kau membacanya dengan seksama. Â Seteliti kau merajut kembang mayang. Â Sebuah cara memperingati bagaimana cara cinta itu dulu hilang. Â Lalu kembali datang.
Bogor, 19 Mei 2018