Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negeri Kecoa

18 Mei 2018   01:37 Diperbarui: 18 Mei 2018   01:34 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam menyelam begitu dalam di udara yang geram pada

kejadian akhir-akhir ini yang meminggirkan kemanusian hingga nyaris terperosok di selokan

berbau tikus yang saling memakan dan kecoa yang sedang membangun istana di sana

Angin berhenti di satu titik dimana paru-paru dan mulut saling berlomba

lari dari kerusuhan yang diciptakan secara sengaja oleh

orang-orang yang ingin negerinya menjadi negeri kecoa

Cuaca berbalik arah menuju

kekeringan namun dipenuhi genangan dan

hujan berhari-hari tapi menguap begitu saja

Tak ada yang menjadi kabut atau embun

pagi menjadi angka di jarum mati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun