Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Reinkarnasi (Bab 13)

17 Mei 2018   13:05 Diperbarui: 17 Mei 2018   13:22 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak jauh dari gelanggang Raja melawan pemimpin gerombolan, Sin Liong sudah berhasil menjatuhkan dua pengeroyoknya.  Mang Candra malah sudah membuat tiga pengeroyoknya pingsan.  Pertarungan yang mirip tawuran karena melibatkan banyak orang ini ditonton oleh puluhan orang.  Para petugas keamanan stasiun kebingungan bagaimana cara melerai adu jotos yang brutal itu.  Salah seorang bergegas menghubungi kantor polisi terdekat.  Sungguh tidak beruntung sekali bahwa hari ini semua polisi yang bertugas di stasiun sedang melakukan apel di Polrestabes Surabaya.

Citra menilai situasi akan semakin runyam.  Matanya menangkap gerakan tangan dua orang yang sedang dihadapi Sin Liong.  Keduanya meraih ke pinggang, mencabut revolver kaliber besar untuk ditembakkan ke arah Sin Liong dan Mang Candra.  Bahkan pemimpin gerombolan yang terdesak oleh Raja juga memperlihatkan gelagat yang sama.  Di tangannya tiba-tiba sudah tergenggam sepucuk pistol yang siap ditembakkan.

Citra menggeram lirih.  Tangannya melambai bergantian ke arah tiga orang pengeroyok yang memegang senjata api.  Terdengar bunyi klik klik ketika serempak senjata itu ditembakkan.  Tak satupun peluru keluar.  Tiga pistol itu malah meledak di bagian magazine peluru.  Melukai si empunya senjata yang langsung mengaduh-aduh sambil memegang tangan mereka yang berlumuran darah.

Sin Liong menyadari hal ini.  Berlari menuju mobilnya, starter dan memberi tanda kepada tiga rekannya untuk segera masuk mobil.  Mang Candra, Raja dan Citra serentak masuk ke dalam mobil yang menderum kencang keluar stasiun dengan terlebih dahulu menabrak portal parkir.

Gerombolan pengeroyok buru-buru berlarian ke dua mobil pick up di luar stasiun yang langsung dihidupkan mesinnya dan tancap gas kabur.  Apalagi dari kejauhan terdengar suara sirine polisi meraung-raung.

------

Bandara Internasional Soekarno-Hatta.  Pukul 9 pagi.  Sebuah pesawat China Airlines mendarat dengan mulus di tengah cuaca gerimis yang sedang merundung Jakarta.  Begitu pintu Garbarata terbuka, dua orang berbaju turis turun sambil membetulkan letak kacamata mereka.  Feng Siong dan Hoa Lie telah tiba.

Di pintu kedatangan, seorang berbaju adat Jawa lengkap dengan surjan dan blangkon menjemput mereka.  Mengantarkan ke mobil yang parkir di tempat parkir VVIP dan biasa dikhususkan untuk para pejabat militer berpangkat tinggi.  Dua motor voorijder dan sebuah mobil pengawalan kemudian membuka jalan bagi mobil mewah berplat hijau dengan logo bintang empat tersebut.

------

Di perbukitan Bubat.  Mada memandang sekeliling sawah yang mengitari.  Bukit kecil seluas 25 hektar ini telah dibelinya sejak lama begitu manuskrip kuno ditemukan dan menyatakan mengenai Gerbang Waktu.

Bukit ini sekarang mulai dikelilingi oleh tembok tinggi dengan kawat berduri di atasnya.  Belum selesai seluruhnya memang.  Belum juga sepertiga dari target namun paling tidak hatinya mulai tenang.  Kalau perlu dia akan membangun benteng sekokoh Alamo dan sekuat Alcatraz.  Tidak seorangpun yang boleh merubah sejarah!  Sesalah apapun sejarah itu!

------

Bersambung....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun