Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Reinkarnasi (Bab 10)

15 Mei 2018   21:30 Diperbarui: 15 Mei 2018   21:29 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mada memejamkan mata sejenak.  Mengingat-ingat ritualnya dua hari yang lalu.  Cermin itu menuliskan; kunci dari terbukanya Gerbang Waktu adalah jika putri reinkarnasi bersatu dengan seorang pemuda yang merupakan titisan masa lalu bersama-sama membuka dimensi waktu di Bubat.

Kalau begitu apakah sebaiknya aku mencegat mereka di Bubat dan berjaga dengan kekuatan penuh di sana?  Jikapun itu terjadi apakah Trah Pakuan akan melancarkan serangan terbuka?  Mada memenuhi benaknya dengan pertanyaan-pertanyaan.

Hmm, tidak ada pilihan lain!  Dia harus memperkuat penjagaan di sana.  Pak Kromo sudah melaporkan bahwa pembangunan pagar sekeliling sudah mulai dilakukan.  Selain itu para penjaga dilipat tigakan agar tidak ada lagi orang yang berhasil masuk ke wilayah perbukitan milik Mada.

Tapi kalau putri reinkarnasi itu tiba di sana.  Mada tidak yakin orang-orangnya yang berasal dari masa kini itu bisa menahan.  Dia harus berada di sana.  Secepatnya.

-----

Raja memperhatikan lalu lalang para penumpang di stasiun Bandung.  Semakin malam malah semakin banyak yang berdatangan.  Terbersit dalam pikiran Raja seandainya dia bisa melakukan perjalanan ini bersama Citra, alangkah indahnya.  Raja lalu membayangkan seperti apa sebenarnya yang dinamakan Gerbang Waktu.  Bagaimana masuk ke masa lalu dan merubah sejarah berdarah menjadi kisah cinta yang indah. 

Apakah ini bukan melawan kehendak Tuhan?  Jika memang ada tersedia upaya untuk membetulkan sesuatu yang bengkok,  bukankah Tuhan juga tidak sembarangan memberikan jalan? Raja sedikit pusing saat memikirkan semua skenario yang berkelebatan di kepalanya.

Dia sudah berhasil mencatat no telepon Toko Buku Babah Liong.  Sudah juga dicobanya menelepon.  Anehnya, supaya bisa masuk dan diterima, Raja harus melakukan verifikasi dengan mengatakan kalimat yang dituntun oleh mesin penjawab; saya pemegang rahasia yang teguh. 

Setelah itu dia juga harus menghadapkan wajahnya ke kamera selama beberapa detik.  Barulah suara manusia yang sesungguhnya menjawab dari seberang sana.  Suara perempuan.  Raja mengingat-ingat apakah ada perempuan ketika dia berada di toko buku aneh itu.  Raja memutar bola matanya.  Rasanya hanya Babah Liong yang asyik dengan buku bacaannya.  Tidak ada perempuan sama sekali.

Ketika Raja menanyakan adakah Citra di sana, perempuan itu menjawab bahwa Citra sedang dalam perjalanan menuju Jawa Timur.  Kemudian Raja menanyakan bagaimana cara menghubungi Citra, perempuan itu mengatakan bahwa Citra tidak bisa dihubungi dan bila Raja ingin tahu kabarnya atau ingin berkabar kepada Citra maka Raja bisa setiap saat menghubungi Babah Liong.

Raja kembali menggerutu dengan kerumitan yang diciptakan oleh mereka.  Dia akhirnya menitipkan pesan kepada Babah Liong untuk disampaikan kepada Citra bahwa dirinya sedang menunggu kereta yang akan membawanya menuju Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun