Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berkelindannya Kota

13 April 2018   07:33 Diperbarui: 13 April 2018   08:43 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi yang ramah.  Meniupkan wajah putri malu.  Menunduk ketika disapa orang-orang yang bergegas menuju tempat kerja.  Cuaca sebagai sajian utama? Hangat dan bahagia.

Laju kereta menarikan ketetapan hati.  Rela membawa jejalan keinginan dalam gerbong yang sama.  Untuk selanjutnya berpencaran ke titik-titik yang berbeda.  Berhenti di setiap stasiun untuk mengangkut lagi lebih banyak mau.  Menuju gaduh maupun sunyi yang telah menunggu. 

Ini cerita tentang kota.  Bagaimana hari-harinya terlewati dengan cukup sederhana.  Sebelum pada akhirnya disusupi ambisi, emosi dan telikung kanan kiri.  Peduli adalah kosakata kesekian setelah aman, nyaman dan berlebihan.

Cerita tentang kota mempunyai episode tiada akhir.  Seperti satu judul opera sabun yang licin dan sering terlepas, untuk kemudian dipakai lagi.  Lintang pukang, centang perenang, hiruk pikuk, asyik masyuk, baik buruk, berkelindan bergantian.  Kota adalah aktor utama dengan orang-orang sebagai figuran.  Sekedar lewat, tampil, berjaya, gila atau mati. 

Kota sering mencitrakan dirinya sebagai Sri Rama.  Tenang, baik hati dan pengejar cinta abadi.  Padahal sesungguhnya lebih tepat jika disebut jelmaan Rahwana.  Rusuh, gaduh, berpeluh, sekali waktu akan runtuh.

Babak-babak drama tidak pernah usai.  Kota adalah penguasa, sutradara, sekaligus mata badai.  Skenarionya dituliskan oleh keringat, airmata, jumawa dan rasa lalai.  Ada bahagia di antaranya.  Tapi itu hanya untuk orang-orang yang memulai pagi dengan tawa.

Jakarta, 13 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun