Satu lagi puisi. Â Sebelum aku menutup hari. Â Aku ingin menulisi angin yang lewat di hadapanku. Â Dengan kata-kata petir terhadap bumi; aku mencintaimu dengan ledakan. Â Bukan berarti aku pecinta yang kasar. Â Aku hanya ingin semua orang mendengarkan kesaksian. Â Betapa cintaku begitu besar.
Satu lagi puisi. Â Sebelum aku memasuki jeda waktu antara hari ini dan besok pagi. Â Aku mau duduk di sela ketiak kota yang berkeringat; membaui jejak malaikat yang melarikan diri. Â Setiap hari harus berkubang tinta. Â Menuliskan dosa.
Satu lagi puisi. Â Setelah aku paham bagaimana harus berjual beli dengan mimpi. Â Segera memejamkan mata dan bangun sebelum ekor matahari tiba. Â Aku menjual mata. Â Mimpi membelinya dengan cinta.
Jakarta, 10 April 2018