Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Lagi Puisi

10 April 2018   08:48 Diperbarui: 10 April 2018   08:53 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu lagi puisi.  Sebelum aku menutup hari.  Aku ingin menulisi angin yang lewat di hadapanku.  Dengan kata-kata petir terhadap bumi; aku mencintaimu dengan ledakan.  Bukan berarti aku pecinta yang kasar.  Aku hanya ingin semua orang mendengarkan kesaksian.  Betapa cintaku begitu besar.

Satu lagi puisi.  Sebelum aku memasuki jeda waktu antara hari ini dan besok pagi.  Aku mau duduk di sela ketiak kota yang berkeringat; membaui jejak malaikat yang melarikan diri.  Setiap hari harus berkubang tinta.  Menuliskan dosa.

Satu lagi puisi.  Setelah aku paham bagaimana harus berjual beli dengan mimpi.  Segera memejamkan mata dan bangun sebelum ekor matahari tiba.  Aku menjual mata.  Mimpi membelinya dengan cinta.

Jakarta, 10 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun