1) Malam melata saat umurnya masih sepertiga. Â Mengendap-endap di balik rimbun beringin tua. Â Entah apa yang dihindarinya. Â Mungkin musuh mungkin pula kekasihnya.
Musuhnya adalah bara api yang menyala. Â Membakar kebekuan namun melahirkan kekacauan. Â Kekasihnya adalah sinar lampu. Â Menerangi tempatnya sembunyi namun tak memanasi.
2) Malam tersandung jaring laba-laba. Â Terjerat kuat terlipat-lipat. Â Laba-labanya berlarian mendekat. Â Hanya untuk mendapati malam mengirimkan pekat.
Malam lalu berlari dari sengat yang mengejarnya tanpa aba-aba. Â Ketakutan akan bisa melumpuhkan tubuhnya. Â Terpaku di situ. Â Lalu bagaimana sisa dua pertiga malamnya?
3) Meminta bantuan sisa-sisa cahaya bulan yang tak seberapa. Â Menunjukkan jalan seharusnya kemana. Â Malam merambat sedikit cepat. Â Sudah saatnya mempersilahkan separuh malamnya mengingatkan.
Orang-orang yang pulang kemalaman. Â Dari hiruk pikuk jalanan. Â Orang-orang yang ingin pulang kepagian. Â Demi tetes demi tetes nira tua yang memanaskan tenggorokan.
4) Malam beranjak pulang. Â Sudah cukup merangkai cerita panjang. Â Ini saatnya sepertiga malamnya mendapatkan cipratan air padasan. Â Tubuhnya berpeluh habis-habisan.
Suara pancuran mengucur di beberapa tempat. Â Ketika para pecinta malam menadahkan tangan berkhidmat. Â Menyesap kerinduan tak pernah tamat. Â Kepada Satu-satunya yang bisa mencipta kiamat.
Jakarta, 4 April 2018