Sepasang Kedasih melintasi langit yang menyala. Â Helai-helai sayapnya terbakar satu demi satu. Â Berjatuhan di semak yang lalu ikut terbakar. Â Abunya digiring udara kemana-mana. Â Masuk rongga dada dan menghanguskan isi kepala.
Seekor Gagak berkoak melewati perkotaan yang mengabut. Â Kabutnya adalah asap hitam berjelaga dari pantat tungku-tungku raksasa. Â Koakannya berjanji tentang kesakitan. Â Saat kabut itu mulai menuruni tenggorokan.
Burung-burung pengabar kematian. Â Melintasi belahan bumi berulangkali. Â Mengabarkan kematian. Â Kepada orang-orang yang berjejalan di gubuk sempit. Â Lebih dahulu dibanding mereka yang beranjang busa.
Burung-burung itu utusan maut. Â Berkabar duka mengenai kematian yang mendekat. Â Buminya sekarat. Â Langitnya berkarat. Â Tinggal terus menyuntikkan bisa berupa karbon monoksida.
Burung-burung pengabar kematian berkelojotan. Â Memilih lebih dahulu bermatian. Â Tak sanggup lagi berkirim berita nanti. Â Kematian yang berbela sungkawa pada kematiannya sendiri. Â Sebab ini bukan ajal harian. Â Tapi malapetaka yang meruntuhi semua kehidupan.
Bogor, 31 Maret 2018