Wanita yang terlihat kaya itu bersikukuh tak mau pergi. Â Segala cara telah dilakukannya untuk meyakinkan si pemilik bunga.
"Tolonglah Bu! Suami saya tidak akan kunjung sembuh jika tidak segera mendapatkan Bunga Mata Boneka sebagai obatnya. Â Saya sanggup membayar Ibu berapa saja untuk bunga itu. Â Sekarang juga."
Si pemilik bunga termangu sejenak. Â Jika menuruti kata hati, ingin rasanya dia memberikan saja bunga langka satu-satunya miliknya. Â Apalagi itu untuk obat katanya. Â Tapi ucapan wanita itu sedikit tidak masuk akal.
"Ini syarat yang harus kami penuhi agar tenung yang mengganggu suami saya cepat pergi."
Kalimat inilah yang membuat pemilik bunga membatalkan niatnya.
-----
Keesokan harinya. Â Hampir di jam yang sama. Â Wanita itu kembali datang ke rumah pemilik bunga.Â
"Ibu boleh menukar bunga ibu dengan apa saja. Â Saya bersedia. Â Uang? Berapa saja. Â Barang? Apa saja. Â Bahkan dengan kematian pun saya rela."
Si pemilik bunga terbelalak. Â Kelihatannya wanita ini benar-benar sangat membutuhkan Bunga Mata Boneka. Â Sampai-sampai tawarannya semakin tidak masuk akal.
"Ibu coba cari di toko bunga. Â Bunga Mata Boneka memang sangat langka di negeri ini. Â Tapi saya yakin pasti ada satu dua di toko bunga besar," pemilik bunga menjelaskan setelah tidak tahu lagi harus menolak dengan cara bagaimana.
Wanita itu terlihat sangat sedih. Â Bulir-bulir airmata mulai jatuh di pipinya yang halus oleh bedak mahal. Â Tak perlu waktu lama akhirnya wanita itu terisak-isak. Â Tanpa berkata apa-apa lagi membalikkan badan pergi.