Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Lahir Batin Prolet, Ada Cinta di Jeruk Medan

9 Maret 2018   18:37 Diperbarui: 9 Maret 2018   19:01 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
littleladydarkness.com

"Ternyata Tuan Puteri benar-benar mengujiku.  Sampai-sampai buah manggisnya dihitung satu persatu.  Ckckck....gila!  Manggis dengan isi tujuh kan jarang bisa didapatkan," Prolet berdecak.  Melamunkan kisah buah Manggis tempo hari.

Saat ini Tuan Puteri sedang tergila-gila dengan buah.  Pagi sarapan buah.  Siang makan buah.  Sore nyemil buah.  Prolet hanya bisa geleng-geleng kepala.  Dia harus mondar mandir membeli buah di warung si mamang.  Tak apalah.  Toh Tuan Puteri senang.  Semua karyawan juga senang karena pasti kebagian.  Alhasil ada budaya baru di kantor.  Budaya makan buah.

Sahwat juga senang.  Punya bahan ledekan untuk memanggil Prolet dengan sebutan loper kelelawar.  Bolak balik kantor-warung buah seperti setrikaan dengan segunung cucian.

------

"Sekarang lagi lesu Prolet.  Negara kita sedang diserbu buah impor.  Memang murah sih.  Tapi mamang tak mau beli.  Dari dulu prinsip mamang memang begitu.  Lantas siapa nanti yang akan membeli buah-buah lokal kalau bukan pedagang kecil seperti mamang?  Lagipula menurut mamang selalu ada cinta jika kita menikmati buah hasil bumi pertiwi sendiri," siang ini si mamang berkeluh kesah dengan heroik kepada Prolet sambil membungkus pesanan jeruk medan Tuan Puteri.

Prolet setuju.  Namun hanya sanggup mengangguk lemah.  Sedikit kelelahan.  Ini kali kelima dia mendatangi warung buah demi memenuhi keinginan Tuan Puteri.

Prolet menenteng kantong buah ke pantry.  Tuan Puteri nanti juga akan kesini setelah diberitahu pesanannya telah tiba.  Dilhatnya ada Bos Kecil di situ.  Membawa kantong juga.  Lalu mengeluarkan setumpukan buah-buahan yang nampak segar berkilat-kilat.

"Aku tidak mau makan buah darimu Prolet.  Itu buahnya banyak yang keriput, hitam, jelek!  Coba lihat ini," Bos Kecil memamerkan buah yang dibelinya.  Semua buah impor.  Terlihat begitu segar dan menarik.

Prolet tidak setuju.  Tapi tidak berani menggeleng.  Bisa satu buku umpatan keluar dari mulut Bos Kecil.

------

Ini jam makan siang.  Pantry ramai dengan karyawan yang melepaskan kekosongan perut mereka.  Tuan Puteri juga ada.  Tidak makan nasi.  Tapi menekuni sepotong demi sepotong jeruk medan yang tadi dibeli.  Prolet duduk di sudut bersama Sahwat.  Menikmati sebungkus nasi padang yang menggugah selera.  Manalah Prolet tahan kalau hanya makan buah.  Bisa-bisa tubuhnya melayang seperti balon gas yang terlepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun