Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menafsir Entah yang Ada di Kepala

25 Februari 2018   19:32 Diperbarui: 25 Februari 2018   19:48 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak ubahnya menyinggahkan burung Nazar di perjamuan vegetarian.  Mungkin berkoak dengan sopan.  Tapi alih-alih menyantap makanan.  Mereka akan melirik betapa padat daging di tubuhmu.

Tidak akan menerkammu saat kau lengah.  Tapi menunggu kau melemah lalu rubuh ke tanah.  Menjadi bangkai.  Selanjutnya tercincang hingga ke tulang-tulang.

Menafsir entah.  Seperti menebak apakah akan turun hujan saat langit telanjang bulat dengan birunya. 

Menafsir entah.  Sama saja dengan menduga berapa lama satu tetes air sampai muara.

Menafsir entah.  Laksana menerka apa saja yang berhimpun di kepala orang-orang yang tak mau  mengenal cinta.

Menafsir entah di kepala sendiri sangat mudah.  Berkacalah!

Jakarta, 25 Februari 2018  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun