Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Drama

Monolog Brengsek

18 Februari 2018   18:09 Diperbarui: 18 Februari 2018   18:11 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Brengsek! Ujarku pelan sambil terus mengamati televisi.  Banyak pejabat tertangkap tangan sekarang.  Aku harus hati-hati.  Sebentar lagi masa jabatanku habis dan akan ada pemilihan lagi.  Aku tak mau kehilangan kejayaan dan kekayaanku dengan masuk bui.

Aku harus menghubungi orang-orang kepercayaanku.  Aku mau mereka segera membersihkan pembukuanku.  Aku sudah membuat jaring laba-laba untuk rekeningku.  Sungguh sulit jika mereka mau menelusuri itu uang apa dan darimana.  Toh aku juga seorang pengusaha.

Aku harus mengeluarkan zakat bagi semua uangku.  Aku berharap itu membersihkan noda-noda pada angka yang kuperoleh dari dusta dan rencana.  Tuhan juga pasti tahu.  Aku adalah hartawan sekaligus dermawan.  Pastilah ada malaikat yang ditugaskan untuk menjagaku dari mata jahil yang mengincarku.

Aku tahu aku bersekutu dengan setan dan menyekutukan Tuhan.  Tapi memang gampang sekali bersekutu dengan setan.  Tak perlu perjanjian.  Cukup perpanjang akal dan simpan hati di tempat paling tersembunyi.  Berikutnya, lupakan Tuhan!

Tapi setiap hari aku juga menjalankan perintah Tuhan.  Aku rajin sembahyang.  Bahkan aku selalu ke mesjid.  Mesjid terbesar di kotaku.  Di sana aku bisa terlihat oleh para pemilihku.  Kadang-kadang aku juga berkutbah.  Menyerukan kepada mereka agar mendekatkan diri kepada Tuhan dan kepada para pemimpin yang rajin sembahyang.

Tak terhitung lagi aku pergi ke panti asuhan.  Aku anggap anak-anak yatim piatu itu anak-anakku.  Aku elus kepala mereka lalu aku nampakkan bahwa aku berkaca-kaca.  Aku lalu perintahkan perbaiki rumah yayasan ini, bantu panti itu, sumbang pesantren itu.  Tentu saja aku membawa serta semua crew kamera televisi dan semua media pendukungku.

Apakah aku cinta pada negaraku?  Tentu saja!  Cobalah buka mata lebar-lebar.  Di setiap Senin aku membaca ikrar kemerdekaan.  Pada upacara-upacara hari besar kemerdekaan dan pahlawan, aku selalu terdepan untuk mengatakan; jangan tanya apa yang bisa diberikan negara kepadamu, tapi tanyakan apa yang bisa kau berikan untuk negaramu.  Aku tahu aku hanya mengutip itu.  Tapi setidaknya aku sudah terlihat berjiwa besar dengan mengatakan itu.

------

Brengsek!  Kutu-kutu busuk yang aku pelihara mulai bicara.  Mereka mengatakan aku punya harta di mana-mana.  Mulut mereka yang berliur busuk mulai menguarkan kebusukan yang aku ajarkan kepada mereka. 

Mereka katakan aku selalu minta upeti jika ingin proyeknya aku tandatangani.  Mereka bilang kalau aku mempunyai pundi-pundi di luar negeri.  Mereka tak lupa bicara jika aku menilap uang negara.  Benar-benar brengsek!  Tak tahu diuntung.  Kalau tidak ada aku, mereka juga hanya cecunguk buntung.

Gusti, dimana aku letakkan prasasti tentang janji yang aku ucapkan saat aku dilantik dulu.  Barangkali ini bisa menyelamatkan aku.  Mungkin mereka masih tidak sadar dengan basa basiku.  Bisa saja mereka masih percaya kepadaku karena aku disumpah di bawah kitab Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun