Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negara yang Berhati

16 Februari 2018   13:25 Diperbarui: 16 Februari 2018   13:45 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pucuk cemara mengabarkan kepada pagi yang berembun.  Hari ini hari orang-orang sedang berucap  kiong hi.  Lusinan kertas bertuliskan keselamatan.  Berhamburan dari mulut-mulut manis yang selama ini diprasangkakan.

Indonesia lebih dari sebuah negara.  Indonesia adalah sebuah cara.  Memandang sesama tanpa harus melalui upacara agama.  Tanpa juga mesti melewati sebuah ritual suci.  Sesama itu ya sesama manusia.  Sesama itu artinya ya sesama yang memiliki hati.

Indonesia adalah sebuah mata air.  Merembes dari akar-akar yang berbeda pohonnya.  Melewati celah-celah yang tak sama.  Melebur dari seribu.  Berkumpul menjadi satu. 

Saat kumpulan air itu menuju muara yang dinamakan cita-cita.  Tanpa melirik iri atau melotot dengki.  Kepada depan belakang dan samping kanan kiri.  Saat itulah Indonesia mempunyai  cara yang pasti untuk menjadi negara yang berhati.

Bogor, 16 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun