Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sumpah Lelaki Itu

8 Februari 2018   10:04 Diperbarui: 8 Februari 2018   11:43 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelaki itu menghunjamkan tatapan setajam pisau. Di hadapannya tergeletak pemandangan utuh yang membingungkan. Perlu tajam pisau itu untuk membelah agar bisa dipilah.  Ini sebenarnya keindahan atau keresahan.

Sehamparan ilalang tinggi koyak akibat perburuan. Membentuk lorong-lorong tempat semua keinginan berlarian. Pemburunya adalah cita-cita. Yang diburu adalah kekuatan upaya.

Begitu api datang menghanguskan padang ilalang. Cita-citanya ingin menjadi bara. Memanasi hati agar terus menyala.Di suatu ketika air bah menggulung datang. Cita-citanya berubah menjadi belalang. Terbang menghindar di pucuk tajuk pepohonan.

Lelaki itu punya beberapa sumpah. Lalu membuang salah satunya di tempat sampah. Sumpahnya untuk tetap menjaga agar matanya tidak basah. Tidak diperlukan lagi. Dia tak mau berairmata atas nama mimpi. Dia justru hendak melukai putus asa agar tidak datang lagi.

Sumpahnya yang lain adalah sumpah cinta. Dilemparkan ke angkasa. Disambar oleh elang. Diletakkan hati-hati di dalam sarang. Sebuah filosofi cinta perkasa yang tak akan pernah hilang.

Jakarta, 8 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun