Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jam di Dinding

5 Februari 2018   14:01 Diperbarui: 5 Februari 2018   14:06 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jam itu tergeletak di dinding yang merapuh karena keberatan hiasan. Sebuah lukisan yang dirancang sejak zaman renaissance. Lukisan puteri yang tertidur dengan mata sedikit terbuka. Sebab ada duka terjadi di kenangannya. Kenangan akan tangga yang rubuh bersimpuh di hadapan seorang lelaki yang memegang paku dan palu.

Jam itu berbunyi selantang burung dekuk yang terbatuk-batuk menahan kantuk karena mangsanya bersembunyi terlalu dalam di ketiak malam. Ini pertanda akan kelaparan. Anak-anaknya yang ditinggal meringkuk dalam sarang.

Dindingnya meneriakkan kata-kata magis berbau manis. Menyemangati seolah biduan yang menyanyikan tembang kegembiraan agar terkikis semua hati yang teriris.

Jamnya berbunyi. Hanya satu kali. Sebuah peringatan bahwa setelahnya adalah sunyi. Menunggu keriuhan tiba ketika pagi sudah kembali.

Jakarta, 1 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun