Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kupas Habis Abu-abu di Hati

2 Januari 2018   05:07 Diperbarui: 2 Januari 2018   07:48 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada yang sedikit berbeda pagi ini.  Bukan karena tahun telah berganti.  Namun karena angin mendatangiku dari arah belakang.  Meniup telingaku dan terbata-bata berkata;

"luruh jiwaku melihat seorang wanita menuliskan sajak tentang cinta yang belum sepenuhnya dimilikinya.  Bisakah kau membalasnya dengan puisi yang menguatkan seperti gunung-gunung menguatkan tanah Jawa?"

Aku memperbaiki caraku berdiri.  Kata-kata itu mengusik pagiku yang sedang disiram segelas kopi;

"cinta itu telah dimiliki seutuhnya.  Hanya saja wanita itu belum menyadari bahwa kekuatannya telah setara dengan bom Nagasaki dan Hiroshima.  Mungkin karena dia belum meledakkan tempurung di kepala sepenuhnya"

Aku dan angin lalu bersirobok mata.  Sama-sama sepakat mengirimkan pesan kepada si wanita. 

"Ini kami beri badai kecil setajam belati.  Kupas habis abu-abu yang masih tersisa di hati"

Bogor, 1 Januari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun