Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perihal Buruk

4 Desember 2017   13:53 Diperbarui: 4 Desember 2017   14:10 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sementara awan dan petir tak saling mengutuk karena perihal buruk, manusia justru terlibat kesenangan dalam berbuat teruk.

Waktu air bergulung datang karena gunung dipangkas berlebihan.  Melibas jalanan, jembatan dan kota hanya macam mainan.  Barulah sesal merebak seolah gadis hilang perhiasan.

Rintih segelegar apapun tak mampu meluluhkan angin dan air yang memang berkehendak ribut.  Kesabaran sudah sampai pada titik yang luput.  Pelajaran perlu disampaikan.  Sayangnya itu sangat mematikan.

Itu belum seberapa.  Bayangkan jika semua gunung es kutub selatan dan utara runtuh.  Apakah cukup Himalaya dan Kilimanjaro menampung tujuh milyar manusia utuh?

Serapung, 29 Nopember 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun