Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Di Batas Kenyataan

21 Oktober 2017   15:49 Diperbarui: 21 Oktober 2017   15:54 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk berani melampaui batas kenyataan.  Aku telah menyiapkan batu nisan.  Tak bertuliskan nama.  Hanya kalimat yang terdiri dari beberapa kata;  Ini adalah upacara sederhana untuk penghormatan terhadap pemakaman kata.

Aku yakin cibir dan nyinyir akan ramai-ramai mengutukku.  Lelaki tak tahu apa apa yang meramalkan batas kenyataan di luar nalar.  Seolah membangun benteng Alamo tanpa sedikitpun ada peperangan datang.

Aku katakan dengan tegas aku sedang berada di batas.  Antara kenyataan dan khayalan.  Aku berdiri di sini untuk memastikan keberanianku melewati semua batas.  Karena mencari dan memilikimu sama saja dengan menaklukkan khayalan.

Aku selalu bersedia untuk itu.  Karena kau adalah cintaku.

GA 183, 19 Oktober 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun