Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisiku yang Pandir

13 Oktober 2017   06:26 Diperbarui: 13 Oktober 2017   06:49 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajak dan puisiku yang aku simpan di lemari dengan kaca pecah

Aku paham Rumi pasti tertawa dari makamnya

Aku menulis recehan di atas kertas basah

Tidak cukup untuk memberi arti bagi jiwa yang hendak musnah

Aku sadar Gibran tak akan mau membaca

Sajakku yang kurang ajar terhadap makna

Dan sudah semestinya aku jadikan bahan bakar di tungku tua saja

Kafka malah tak mau berpaling sedikitpun

Jika ini zaman sebelum renaissance

Aku pasti dicap penyihir yang harus dipancung bersama puisinya

Aku mengagumi Neruda

Aku menulisnya sebagai dewa

Neruda melemparkan sekeping logam, katanya

Puisimu sepandir cerita Ali Baba!

Bogor, 7 Oktober 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun