Mohon tunggu...
Milly Van Erich Saly
Milly Van Erich Saly Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Belajar tidak mengenal usia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Istri yang Mengalami Gejala Pre-Eklampsia

6 April 2020   14:29 Diperbarui: 6 April 2020   14:43 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pre-eklampsia adalah kondisi peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein dalam urine dan pembengkakan pada tungkai. Kondisi ini terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.

Pre-eklampsia dialami oleh Ibu yang sedang hamil, terutama para ibu muda yang baru pertama kali hamil. Penyebab pasti Pre-eklampsia belum diketahui, sehingga masih sulit untuk dicegah kemunculannya.

Pre-eklampsia harus diberikan penanganan untuk mencegah komplikasi dan segera mencegahnya agar tidak berkembang menjadi eklampsia yang dapat mengancam nyawa Ibu hamil dan janin.

Eklampsia adalah masalah serius pada masa kehamilan akhir yang ditandai dengan kejang tonik-klonik atau bahkan koma. Eklampsia merupakan akibat yang ditimbulkan oleh pre-eklampsia dengan persentase kemunculan antara 0,3% sampai 0,7% pada negara berkembang.

Di sini saya ingin membagikan pengalaman istri saya, ketika mengalami gejala Pre-eklampsia di kehamilan pertamanya.

Ketika masuk usia kehamilan 20 minggu gejala pertama yang nampak adalah kedua kakinya perlahan mulai membengkak. Kami memutuskan untuk memeriksakan kondisinya ke dokter, agar tahu lebih jelas.

Dokter berpendapat bahwa gejala ini mengarah ke gejala Pre-eklampsia, tapi untuk memastikan maka gejalanya harus lengkap. Selain bengkak pada kaki, tekanan darah Ibu meningkat dan hasil tes lab terhadap urine Ibu, mengandung protein.

Setelah pemeriksaan lanjutan terhadap istri saya, hasil tes lab menunjukan urine +2 mengandung protein, tapi dokter belum berani menyimpulkan bahwa istri saya mengalami Pre-eklampsia karena hasil pemeriksaan tekanan darahnya normal.

Tiba saatnya untuk melahirkan, dengan hasil tes beserta pemeriksaan yang menunjukan gejala Pre-eklampsia maka seharusnya istri saya tidak perbolehkan bersalin dengan cara normal, karena sangat beresiko terjadinya kejang saat proses persalinan dan itu membahayakan keselamatan istri beserta anak pertama saya.

Setelah berkonsultasi dengan Dokter yang menangani istri saya, akhirnya  diputuskan untuk tetap dilaksanakan persalinan dengan cara normal, tetapi istri saya diberi suntikan anti kejang terlebih dahulu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kejang pada saat proses persalinan.

Saat masa persalinan di ruang bersalin, istri saya hanya ditemani oleh 2 orang bidan dan saya sebagai suami, dokter tidak hadir saat itu, sehingga komunikasi antara bidan dan dokter hanya melalui sambungan telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun