Mohon tunggu...
Cerita Pemilih

8 Alasan Jokowi Gagal: From Hero to Nero

26 Maret 2019   14:58 Diperbarui: 26 Maret 2019   16:10 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: rmolsumsel.com


Petruk dadi ratu. Itulah ungkapan yang tepat terhadap Jokowi. Mungkin secara pribadi Jokowi baik hati. Tapi untuk jadi presiden 270 juta jiwa dibutuhkan kualifikasi yang lebih lengkap daripada sekedar baik hati.

Kesalahan pertama, Jokowi tidak mampu mengendalikan elit Parpol pengusung maupun parpol oposan. Sehingga secara politik dia tidak stabil.

Kesalahan kedua, Jokowi tidak mampu mengendalikan elit pengusaha dan pemodal. Banyak pemodal yang menginvestasikan pada kemenangan Jokowi. Investasi ini menjadi janji kampanye Jokowi setelah menjabat. Namun karena banyak proyek yang di dominasi bumn, sehingga banyak pengusaha tidak kebagian proyek, padahal sudah banyak menyumbang untuk kampanye Jokowi. Selain itu Jokowi gagal meyakinkan pengusaha karena kebijakan pajak yangg menjerat leher, namun jaminan berusaha dilepas ke pasar. Pengusaha merasa Jokowi tidak memihak mereka.

Kesalahan ketiga, Jokowi tidak mampu mengendalikan birokrat. Jokowi berpikir. Kendalikan birokrat dapat dilakukan dari stick and carrot. Hadiah untuk yang berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar. Dalam birokrasi Indonesia yang feodal, tidak dapat diaplikasikan hal seperti itu. Birokrat harus dirangkul dan diemong, diberikan contoh yang positif, diberikan sosok yang teladan. Dengan begitu pasti birokrat akan mengikuti.

Kesalahan keempat, Jokowi tidak mampu mengendalikan Ulama. Kesalahan Jokowi adalah terlalu banyak mengekspose dirinya sendiri. Sehingga ketika Jokowi melakukan kesalahan kecil atau ingkar janji, rakyat beralih ke ulama. Rakyat mulai religius dan menjaga jarak dengan Jokowi ketika Ahok terkena kasus Al Maidah. Jokowi lagi-lagi tidak tegas condong ke mana. Banyak ulama yang kecewa.

Kesalahan kelima, Jokowi tidak mampu mengendalikan TNI. TNI salah satu kekuatan penopang negara ini. Terutama angkatan darat. Jokowi tidak optimal memberikan kesejahteraan untuk TNI.

Kesalahan keenam. Jokowi tidak mampu mengendalikan investor asing dan kekuatan luar negeri. Contoh nyata kegagalan Jokowi adalah rupiah babak belur dan neraca perdagangan defisit parah. Belum lagi TKA asing yg marak mengambil pekerjaan WNI. Mungkin ini adalah kegagalan Jokowi yang paling telak.

Kesalahan ketujuh, Jokowi tidak mampu mengendalikan media. Sudah bukan rahasia lagi Jokowi banyak dipermak oleh media nasional. Tapi Jokowi meninggalkan media lokal dan media sosial. Banyak koran-koran lokal masih objektif memberitakan kondisi lapangan era Jokowi yang hancur-hancuran. Ketika disandingkan dengan media nasional yang bagus-bagus tentang Jokowi, berbeda jauh hasilnya. Akhirnya rakyat mulai mencari kebenaran ditempat lain, seperti media sosial atau media asing. Kondisi ini meruntuhkan legitimasi Jokowi sekaligus media mainstream.

Dan yang kedelapan adalah, Jokowi tidak mampu mengendalikan rakyatnya. Banyak kebijakan Jokowi tidak dituruti oleh rakyat Indonesia. Dimulai dari gagalnya tax amnesti mencapai target. Gagalnya pemerintah menangani hoax juga menjadi catatan. Karena pemerintah menerapkan standar ganda dalam penindakan hukum. Tindakan-tindakan pembangkangan terhadap kebijakan Jokowi juga menjalar sampai ke pengusaha menengah. Ketika Jokowi memerintahkan untuk tidak melakukan monopoli beras, banyak beras yang ditimbun oleh mereka. Ketika Jokowi memerintahkan RS untuk terapkan BPJS, banyak RS yang tidak mau ikut BPJS. Bahkan ketika Jokowi mengajak untuk berternak kalajengking, tidak ada satupun rakyat baik pendukung Jokowi atau Prabowo mengikuti ajakan itu.

Maka daripada itu, menjadi logis mengapa Jokowi gagal dua periode.

Oleh Frank Wawolangi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun